Jumat, 30 November 2012

Pembukaan Munas Diwarnai 'Demo' Gerakan KAHMI Bersih


Pembukaan Munas KAHMI ke-IX di Hotel Labersa berlangsung lancar, meski ada 'demo' menuntut pembersihan organisasi dari koruptor. 

Riauterkini-PEKANBARU- Beberapa anggota Korps Alumni Mahasiswa Islam Indonesia (KAHMI) Riau menggelar semacam demo di Hotel Labersa, Pekanbaru, Riau Jumat malam (30/11/12), sesaat setelah pembukaan Musyawarah Nasional (Munas) ke-IX dibuka mantan Wakil Presiden M Jusuf Kalla. Karena bukan demo pada umumnya, aksi yang dikomandoi Rawa El Ahmady tersebut tidak bersura. Tanpa orasi.

Mereka hanya membentangkan selembar spanduk di dekat pintu utama ruang Munas. Tulisannya cukup mencolok: Gerakan KAHMI Bersih : Wujudkan Kepengurusan KAHMI yang Bebas dari Koruptor". 

Meski demikian, aksi mereka tidak dilarang panitia. Para peserta Munas, termasuk sejumlah tokoh nasional seperti mantan Wakil Presiden M Jusuf Kalla selaku Penasehat KAHMI, Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD, Ketua Komisi Yudisial (KY) Erman Suparman, mantan Ketua KAHMI Akbar Tanjung, Ketua KPU Pusat Husni Kamil Manik, mantan Menteri Kehutanan MS Kabban, mantan Menteri Tenaga Kerja Fahmi Indris, mantan Menteri Hukum dan HAM Yusril Izha Mahendra.

Selain itu juga ada anggota DPR RI di antaranya, Ketua Umum DPP Partai Demokrat Anas Urbaningrum dan juga anggota DPR , penasehat KPK Abdullah Hehanua, Rektor Universitas Paramadinah Anies Basdewan dan masih banyak lagi. Mereka semua tak merasa terganggu dengan aksi Rawa dan kawan-kawan

Menurut Rawa, pihaknya mengharapkan KAHMI melakukan pembersihan dari dalam. "Jangan lagi ada nantinya yang terpilih sebagai pengurus tokoh yang berpotensi terlibat kasus hukum. Organisasi ini harus bersih dari dalam," ujar Rawa pada wartawan.

Meskipun ada sedikit aksi semacam demo, namun secara umum pembukaan Munas KAHMI ke-IX berlangsung lancar. Dalam Munas ke IX ini, KAHMI akan memilih ketua harian yang baru setelah masa jabatan ketua harian yang sekarang dipegang Tamsil Limdrung yang juga politisi PKS ini berakhir.

Dan untuk kandidat calon ketua harian KAHMI periode 2012-2017 ini cukup kuat dan berimbang. Di antaranya yang sudah mencalonkan diri, Mahfud MD, Jumliy Asidiqi mantan Ketua MK, Anas Urbaningrum Ketum DPP Demokrat, dan Abdullah Hehanua penasehat KPK.

Tapi ada yang menarik saat dua mantan Ketua Umum DPP Partai Golongan Karya memberikan sambutan panjang lebar, yakni Akbar Tanjung dan M Jusuf Kalla. Dimana keduanya saling curhat kepada peserta tentang masa mereka menjabat baik sebagai ketum Partai Golkar maupun M Jusuf Kalla saat menteri di periode Presiden Abdulrahman Wahid. Sehingga sambutan peserta dari kedua tokoh ini sangat antusias dan menghibur.***(jor)

Sumber : FB Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Riau

Rabu, 28 November 2012

HMI dan Independensi Hari Ini



Tantangan HMI : Independensi dan Kaderisasi

Tantangan yang dihadapi HMI era ini paling tidak ada dua tantangan pokok, yaitu : independensi HMI dan kaderisasi. Kedua hal tersebut saling berpegaruh satu dengan yang lain. Kaderisasi yang terkontrol dan mapan akan menghasilkan kader yang berkualitas dan akan semakin terarah untuk mewujudkan tujuan HMI sesuai Pasal 4 AD HMI, dan dengan hal tersebut maka HMI akan kembali pada khittah asli, yakni independen.
Independen merupakan karakter bagi organisasi HMI. Hampir dalam semua momentum, HMI selalu dikaitkan dengan kekuatan politik yang notabene sangat berpengaruh dengan implementasi independen secara organisatoris. Pengurus HMI tidak boleh merangkap jabatan dengan oganisasi pemerintah atau partai politik, atau yang lebih sederhana, pengurus HMI tidak boleh membuat pernyataan mendukung suatu partai politik atau pemerintah. Mendukung atau menolak sesuatu yang melibatkankekuatan politik tertentu, HMI dianggap melawan prinsip independensi, dalam artian HMI tidak boleh terkait kekuatan politik manapun. Jika HMI sebagai contohnya terlibat kekuatan politik tertentu, maka dalam pola hubungan selanjutnya, hakekat saling mempengaruhi atau saling ketergantungan tidak dapat dihindari, dan tidak menutup kemungkinan akan terjadirangkap jabatan serta pemihakan dalam hal tersebut.
Cak Nur (Dr. Nurcholish Madjid) pernah mengungkapkan “Islam Yes, Partai Islam No!” di tahun 1970an. Nilaiyang didukung Cak Nur mungkin bermakna keseimbangan kepentingan. Kesimbangan ini sebagai nilai etis yang harus diperjuangkan. HMI harus memahami ajaran Islam atau kondisi masyarakat dalam arus pergumulan nilai-nilai etis terhadap suatu kepentingan tertentu.
Nilai-nilai yang diperjuangkan HMI kepada generasi penerus memerlukan perkaderan HMI yang kuat dan terus-menerus. Kondisi alumni dari HMI sekarang, banyak diantara para alumni HMI yang terjun ke dunia politik.Perlu ditegaskan dalam hal kaderisasi anggota, bahwa kaderisasi HMI tidak untuk merebut kekuasaan politik dan HMI memang bukanlah organisasi politik. Politik diartikan secara luas, tidak sekedar kekuasaan atau organisasi politik. Perebutan kekuasaan politik untuk kepentingan anggotanya termasuk dalam konteks ini. Hal tersebut dikenal dalam perjuangan partai-partai politik agar anggota atau kadernya menduduki posisi-posisi politik tertentu.
Di arena politik sekarang, kita melihat alumni HMI tersebar di semua partai politik, yang secara tidak langsung telah terbentuk suatu koneksi HMI. Melihat sistem politik yang ada sekarang, alumni HMI yang berpolitik tidak dapat secara sempurna beridealisasi seperti harapan tujuan HMI yang telah menjadi semacam spirit perjuangan organisasi ini. Tidak hanya penafsiran atas tujuan HMI di kalangan HMI ataupun alumninya yang bisa berbeda-beda, tetapi juga kepentingan partai masing-masing dimana alumni HMI bekerja sama dapat berbeda pula.
Alumni HMI yang memegang kekuasaan politik, pada akhirnya lebih bersifat individual atau paling tidak berorientasi kepada partainya, dan pada saat mereka membutuhkan dukungan untuk kekuasaanya mereka dengan tanpa sungkan menawarkan kader HMI untuk ikut berpartisipasi atas nama kaderisasi dan pembelajaran. Di sinilah independensi kader diuji. Hal yang menguntungkan bagi mereka, tidak sedikit alumni HMI yang berusaha menghilangkan pertaliannya dengan HMI ketika citra politik HMI tidak dalam posisi menguntungkan. Sebaliknya, tidak sedikit pula yang mengaku pernah menjadi anggota HMI ketika citra HMI atau alumni HMI sedang memegang kekuasaan.
Kaderisasi HMI tentu saja dapat membawa anggotanya menuju wilayah kekuasaan politik dan non politik. Wilayah non politik diduduki sebagian mereka yang memilih jalur pengusaha, dan sebagian lagi memilih jalur intelektual dan professional. Terlepas dari hal tersebut, independensi harus tetap dipertahankan dalam HMI untuk membentengi diri dari segala bentuk kemungkinan konflik interest.

Faktor-faktor Penyebab Menurunnya Independensi Kader HMI

Alumni HMI terlalu banyak intervensi

Peran alumni dan senior banyak membantu menopang semua kegiatan HMI dan itu dilakukan atas dasar tolong-menolong bukan paksaan atau keharusan terhadap kader-kader di bawahnya. Begitupun sebaliknya. Hal tersebut dapat terjadi apabila kedua belah pihak faham tentang wilayah etis dan organisatoris HMI. Kenyataannya masih banyak alumni yang sering melakukan intervensi dalam polemik yang ada. Misalnya, dalam hal kepengurusan di tingkatan Cabang atau komisariat, pengambilan keputusan, sampai pada ikut melawan kader lain yang dianggap mengancam kedudukan antar sesama kader.
Intervensi yang dihadapi bermacam-macam dan kita harus jeli untuk melihatnya. Mengapa? Karena suatu kepentingan tertentu dengan wuud intervensi juga mengatakan bahwa hal tersebut merupakan bagian dari perjuangan dan pengaplikasian dari HMI itu sendiri. Wujud intervensi yang utama dan rawan dapat berasal dari segi politik atau kekuasaan dan dari segi ekonomi. Kedekatan kader HMI terhadap alumni yang memiliki kekuasaan dalam pemerintahan seperti DPR dan lembaga lain, secara tidak langsung dapat berpengaruh terhadap kondisi psikologis kader. Kader seakan berjalan hidup di bawah bayang-bayang senior yang berkuasa, atau lebih parahnya bahkan sampai meniru kebiasaan-kebiasaan kegiatan yang terakomodir pemerintah. Sangat jelas bahwa independensi HMI itu sendiri dipertaruhkan.
Intervensi alumni kepada HMI di satu sisi menguntungkan, namun di sisi lain sangat merugikan. Menguntungkan karena selama ini dana operasional HMI sering berasal dari alumninya, entah tanpa pamrih atau mempunyai maksud dan tujuan lain. Semakin banyak alumni yang sukses, HMI pun semakin sejahtera. Merugikan karena sumbangan tersebut menjadikan interdependensi yang tidak sehat antara alumni dan HMI. Secara keuangan membuat HMI tidak mandiri, hal ini dapat menimbulkan rasa sungkan dari kader terhadap seniornya ketika mereka harus menegur senior tersebut ketika mereka melakukan kesalahan di luar organisatoris.


Cabang dan komisariat yang semakin banyak

Bertambahnya jumlah cabang dan komisariat HMI dapat mempengaruhi independensi kader. Munculnya Cabang-Cabang dan Komisariat-komisariat persiapan di lingkungan kader jika ternyata kondisi internalnya tidak mapan dan tidak cukup cerdas, maka dalam mempertahankan keutuhannya akan semakin mudah untuk goyah dan mudah diintervensi oleh pihak lain, baik kaena kurangnya sumber daya manusia yang kurang berkompeten ataupun karena tidak adanya “fighter” atau mental petarung dalam diri setiap kader serta pelopornya. HMI Cabang Purwokerto Komisariat Persiapan Biosains misalnya, setelah pemekarannya dari Komisariat Ibnu Sinna jika tidak dapat mempertahankan eksistensinya maka bisa saja akan ada pembekuan komisariat dari Cabang. Eksistensi yang dilakukan tetap harus menjunjung tinggi sifat independen dalam berkarya dan berinovasi jika tidak ingin diintervensi oleh pihak/komisariat lain.
Jika cabang dan komisariat bertambah banyak, maka keberlangsungannya sudah tentu akan semakin kurang terkontrol oleh tingkatan di atasnya (badko/cabang). Ketika keadaan sudah tidak terkontrol, maka mereka lebih sulit untuk menyatu dalam sisi organisatorisnya. Hal tersebut sebenarnya tidak terlalu bermasalah kalau nafas organisasi dan pelaksanaan program kerja berjalan efektif, namun tetap harus diperhatikan.


Peluang politik besar
HMI adalah organisasi kemahasiswaan yang sudah berusia panjang dan pernah menjadi organisasi kemahasiswaan Islam satu-satunya di Indonesia. Berdiri 5 Februari 1947, HMI lahir tidak lama setelah Indonesia merdeka dan tentunya telah mengalami dinamika internal maupun eksternal organisasi yang dengan dinamika masyarakat, bangsa, dan negara. Sudah merupakan suatu hak yang wajar manakala jumlah kader yang kemudian dimiliki HMI sangat besar dan banyak yang terjun di seluruh lini kehidupan, termasuk salah satunya adalah dunia politik. Ini merupakan salah satu keuntungan organisasi yang didirikankan lebih dulu, karena ia mempunyai kesempatan untuk membangun semangat juang dan kaderisasi serta kemudian dapat membangun jaringan lebih kuat.
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) merupakan salah satu organisasi kemahasiswaan yang melahirkan banyak politikus. Hal ini tidak dapat diingkari. Jumlah politisi di Indonesia yang pernah mengenyam kawah candradimuka HMI adalah paling besar jika dibandingkan dengan organisasi-organisasi kemahasiswaan lain, bahkan juga organisai kemasyarakatan pada umumnya. 
Hampir di semua partai politik, kecuali yang ada keterkaitan dengan agama tertentu selain Islam, terdapat kader HMI. Selain karena jumlah yang paling besar, mereka juga mampu tampil dan berperan secara lebih menonjol. Koneksi dan peluang politik yang luas seakan menjadi ladang bagi kader HMI untuk masuk dalam jajaran kekuasaan dalam pemerintahan. Jika sudah berhadapan dengan politik, maka berhadapan juga dengan independensinya yang secara umum bersifat organisatoris.


LK I (Latihan Kader I) HMI kurang sempurna
Latihan Kader I merupakan hal utama dan penting dalam memasuki tahap awal HMI. Tanpa adanya kaderisasi, organisasi tidak akan dapat meneruskan eksistensinya. Bisa dibilang, urat nadi sebuah organisasi adalah kaderisasi, sehingga hampir seluruh organisasi memiliki sebuah biro atau divisi kaderisasi termasuk juga HMI. Latihan Kader di HMI merupakan alat atau cara yang digunakan untuk menanamkan pemahaman atau doktrin kepada calon anggota agar mereka dapat mengenal organisasi lebih mendalam sehingga memahami karakteristik, kultur, potensi, arah dan tujuan HMI.
Latihan Kader I sebagai pintu gerbang dimulainya nafas perjuangan HMI secara tidak langsung akan membentuk karakter dan sifat kader. Permasalahannya, masih ada cabang atau komisariat HMI yang pola LK I nya masih belum tepat. Bisa dari MOT nya atau dari BPL nya. Ada beberapa materi wajib yang disampaikan tidak secara menyeluruh atau total hanya dikarenakan pembatasan waktu LK. Hal ini terjadi di beberapa kampus yang berbasis sains dan teknologi. Hanya karena alasan padatnya jadwal kuliah dan praktikum, lantas durasi waktu LK I semakin dipersempit pula. Kader belum sempat untuk mencerna materi dengan baik, tetapi sudah terhalang waktu. Ironis. Materi konstitusi misalnya, jika materi ini disampaikan hanya sebagai formalitas, bagaimana kader akan tahu karakter yang ada pada AD (Anggaran Dasar) HMI?

Kurangnya penghayatan dan pemahaman independensi oleh kader HMI
Penghayatan dan pemahaman independensi oleh kader HMI sendiri sangat diperlukan. Jika penghayatan dan pemahamannya kurang, maka independensi secara etisnya berkurang. Sederhananya, hal ini bisa dilihat dalam keseharian kader di tingkat komisariat. Kader yang kurang pemahamannya terhadap independensi, maka ia tidak dapat berdiri dengan kokoh dalam berpendapat dan mencari kebenaran relatif.
Ahmad Wahib dalam catatan hariannya dalam buku Pergolakan Pemikiran Islam halaman 277 menuturkan, “Kalau saya menyaksikan pola berfikir aktifis HMI pada cabang-cabang kecil, maka seolah-olah lenyaplah harapan saya untuk menjadikan HMI ini sebagai kekuatan pembaharu. Mungkin sekali bila pimpinan HMI berhasil menjadikan HMI sebagai kekuatan pembaharu-independent-kreatif, maka berguguranlah anggotanya meninggalkan HMI. Orang yang akan masuk pun sedikit sekali dan dukungan umat akan kurang. Persoalannya, karya mana yang lebih besar antara besar sebagai kekuatan retrogressif-reaksioner dengan kecil sebagai kekuatan pembaharu pelopor”(14 Maret 1969).
Jelas dalam pertanyaan tersebut, independensi kader dirasa kurang penghayatannya. Bahkan ketika mereka dihadapkan pada sesuatu yang sifatnya baru dan membutuhkan kreatifitas, kader yang tidak dapat bertahan akan lepas dan gugur meninggalkan HMI.

Kader HMI tidak mandiri

Menjadikan organisasi yang mandiri adalah pekerjaan sulit. Tidak cukup dengan banyak teori tetapi butuh pengalaman dan jam terbang yang tinggi. HMI harus mampu untuk mandiri dan terlepas dari konflik kepentingan pihak-pihak tertentu yang hanya mau mengais keuntungan belaka. Mandiri atau tidaknya kader dalam hal ini, dapat dilihat dari segi model perkaderan yang diterapkan , kreatifitas atau kekaryaan, dan segi pendanaan organisasi.
Model atau pola perkaderan di setiap cabang tentunya berbeda-beda. Biasanya, kelemahan kader HMI kebanyakan ialah tidak bisa bekerja sama secara solid dalam bentuk tim. Hal ini dapat disebabkan karena pola perkaderan yang hanya terpaku pada orang-orang atau senior-senior tertentu dalam pembelajarannya, sehingga sangat cenderung sekali untuk memiliki ketergantungan terhadapnya. Pola tersebut dapat mempengaruhi independensi secara etis. Seharusnya, kader dibiarkan lepas untuk bersosialisasi dan berkompetisi dengan kader lainnya agar memperoleh lebih banyak pengalaman dan tantangan. Pengalaman dan tantangan yang ada dan muncul oleh sebab pencariannya sendiri, menjadikan kader akan lebih siap pakai dan mandiri dalam berproses. Hal tersebut dapat berpengaruh positif dalam pembentukan kepribadiannya.
Mandiri atau biasa diartikan mampu untuk berdiri sendiri, akan dapat menjadikan seseorang lebih survive dalam menghadapi permasalahan. Dewasa ini, mahasiswa lebih suka menikmati hasil-hasil yang sifatnya instan dan kurang memperhatikan proses pencapaiannya. Sedikit dari mahasiswa yang punya pemikiran dan inovasi yang kreatif dan membangun. Kebanyakan hanya langsung memakai produk siap jadi, padahal kader HMI diharapkan menjadi kader yang siap pakai dan memiliki kecerdasan intelektual yang dapat dipertanggungjawabkan. Begitu pula dengan kekaryaan. Kurang kretifitas, berarti miskin karya. Jika miskin karya, maka kita akan kembali bergantung dengan hasil pemikiran pihak-pihak lain. Karya yang dimaksud di sini, dititikberatkan pada pemikiran dan lain-lain yang dapat meningkatkan eksistensi kader dan juga esensinya secara organisatoris, seperti tulisan, dan sebagainya.

Selain pola perkaderan dan kreatifitas, segi pendanaan organisasi juga dapat mempengaruhi kemandirian kader. Seringkali keberlangsungan kegiatan perkaderan di HMI mengandalkan dana dari para alumninya, untuk LK misalnya, sangat jarang kader HMI untuk mengandalkan swadaya dari kader sendiri meskipun untuk mendapatkan dana dari pihak lain membutuhkan kompetensi yang sulit pula. Hal seperti ini dapat menjadikan HMI untuk mudah dibeli dan dijadikan alat transaksi untuk kepentingan masing-masing individu.
HMI mempunyai lembaga-lembaga yang menyediakan wadah untuk anggotanya agar dapat mengembangkan skillnya, seperti LAPMI (Lembaga Pers Mahasiswa Islam), LSMI (Lembaga Seni Budaya Mahasiswa Islam), LEMI (Lembaga Ekonomi Mahasiswa Islam), dan lain-lain. Kader HMI dapat ikut berpartisipasi dalam program kerja bidang Kewirausahaan dan Pengembangan Profesi untuk segi pendanaan, baik melalui event lokakarya, Program Mahasiswa Wirausaha, atau sumber dana lain yang tidak ada sangkut pautnya dengan alumni atau senior. Dengan demikian, maka kader sedikit banyak telah mencoba mengimplementasikan sikap mandiri. Lebih penting dari hal tersebut sebelumnya, selama HMI tidak mampu mandiri dari segi keuangan maka HMI selamanya tidak akan pernah independent dalam bersikap. Kemandirian sangat diperlukan agar HMI bisa independen.

Oleh : Ana Diana Solich - yakin usaha sampai

Jumat, 16 November 2012

Tahun Baru Hijriyah, Palestina Hujan Bom


Lapmihmi – Sejak malam tahun baru 1434 Hijriyah, Rabu (14/11/2012) malam, wilayah Gaza, Palestina dihujani lebih dari 120 serangan udara Israel. Korban pun berjatuhan dari pihak warga sipil termasuk wanita dan anak-anak. Korban tewas 15 orang dan korban terluka 115 orang lebih.

“Limabelas orang meninggal dan 115 orang terluka,” kata petugas medis Palestina sebagaimana dikutip AFP. Menurut petugas, tiga dari kelimabelas korban merupakan pejuang Hamas, termasuk seorang komandan sayap militer tersebut, Ahmed Jaabari di dekat kota Khan Yunis. Yang lain merupakan warga sipil.

Para pejuang Palestina membalas serangan tersebut dengan meluncurkan 130 roket ke wilayah yang diduduki Israel. Serangan balasan Hamas, seperti dilaporkan juru biara kepolisian Israel, menewaskan tiga warga zionis tersebut. Pesawat-pesawat Israel terus membombardir Gaza saat rezim Zionis itu hendak menggelar pemilihan umum (pemilu) Januari mendatang. Hamas menanggapi serangan tersebut sebagai pernyataan perang Israel.

Sebuah bom juga jatuh di dekat lokasi Rumah Sakit Indonesia di Gaza yang belum selesai dibangun para relawan MER-C dari Indonesia. 17 relawan harus mengamankan diri di lantai dasar rumah sakit. Sementara 11 relawan lain terjebak di Masjid Gaza saat melaksanakan ru’yatul hilal untuk penetapan awal tahun baru.

Negara-negara Arab hanya bisa mendorong PBB untuk mengecam serangan tersebut, dan di New York, Dewan Keamanan PBB menggelar pertemuan 90 menit membahas meluasnya aksi kekerasan di Gaza.

Kamis, 15 November 2012

HMI Cabang Palopo : Mengawal kasus Pemukulan Kader HMI di LUTIM

Bayu Purnomo
Palopo, (15/11/12) Kasus Pemukulan yang meninpa Alm. ABD. WARIS dan IRMAYANTI yang dilakukan oleh Anggota DPRD HASAN dan dua orang Anaknya. menjadi Wacana sentral di Luwu Timur. 

Hasan yang juga diketahui adalah salah satu anggota DPRD Luwu Timur utusan PPP. Pendemo sangat menyesalkan apa yang dilakukan oleh salah satu oknum anggota DPRD tersebut. 
"kami sangat menyesalkan aksi pemukulan yang dilakukan oleh Hasan dan dua orang anaknya, hasan sebagai salah satu orang tua yang harus menyayangi pemuda Wotu, apa lagi hasan ini sebagai anggota dewan yang seharusnya menjadi patron untuk pemuda diwotu ini" Ungkap Dedy Jenlap Aksi

Dalam Orasinya tidak akan melepaskan kasus ini hingga pelaku pemukulan ditangkap dan diadili sesuai dengan hukum yang berlaku.
"Kami tidak akan melepaskan Kasus ini sampai Pelaku Pemukulan Hasan Cs diberikan hukuman yang setimpal dengan perbuatan yang dilakukan. Ujar Bayu Purnomo.

Kasus yang menimpa Alm. Waris dan Irmayanti ini terjadi bulan maret 2012 yang lalu saat aksi nasional menolak kenaikan harga bahan bakar minyak, saat itu mahasiswa yang berunjukrasa didepan kampus STIKES BATARA GURU Luwu Timur.

"Kasus pemukulan ini sedah hampir setahun tapi respon dari pihak kepolisian dan kejaksaan sangat lemah dan bahkan tak bertaring, dua lembaga penegakan Hukum ini tak lagi bertaring, " Imbuh Bayu P selaku Kabid PTKP HMI Cabang Palopo.

Kemarin Mahasiswa juga telah menyerahkan Bukti-bukti pendukung kepada Kapolres Lutim. Kapolres Luwu Timur AKBP Andi Firman mengatakan bukti-bukti yang diserahkan oleh mahasiswa terkait dugaan penganiayaan salah seorang anggota DPRD Kabupaten Luwu Timur, dinilai sangat penting dalam rangka pelengkapan berkas kasus itu.

“Dengan adanya bukti-bukti tersebut kami dari pihak kepolisian akan kembali memasukkan sebagai bukti tambahan dan kami selalu bekerja sesuai dengan hukum yang berlaku,” ujar Firman. (LAPMI)

HMI CABANG PALOPO RUTIN KAJIAN NDP

Rian HT,
KetKom. HMI FKIP-FAPERTA UNCP
HMI, (15/11/12) Kajian Rutin Nilai-nilai Dasar Perjuangan (NDP) merupakan salah satu program kerja dari Bidang Pembinaan dan Pengembangan Anggota HMI Komisariat FKIP-FAPERTA UNCP. Kajian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman tentang NDP pada kader. 

"Kajian ini diberikan kepada kader HMI yang lepasan Latihan Kader I" Rian Hidayat Taslim selaku ketua Komisariat HMI Komisariat FKIP-FAPERTA UNCP.

Aktifitas kajian NDP ini akan berlangsung selama delapan kali pertemuan dimulai bulan lalu, Kami Malakukan kegiatan ini setiap hari kamis, dimulai pukul 20.00  sampai selesai Bertempat di Sekretariat HMI Cabang Palopo (Jl. Anggrek Blok AA 28 Kota Palopo).

materi materi Nilai Dasar Perjuangan (NDP) HMI :

1. Kerangka Berfikir Ilmiah
2. Dasar dasar Kepercayaan
3. Esensi Ajaran Islam
4. Hakekat Penciptaan dan Eskatologi
5. Kemerdekaan Manusia dan Keharusan Universal
6. Individu dan Masyarakat
7. Keadilan Sosial dan Keadilan Ekonomi
8. Problematika Ummat
9. Islam dan IPTEK

Selasa, 13 November 2012

Mahasiswa desak Kapolres LUTIM Lepaskan Rekan Mereka


Malili - Hari ini ratusan mahasiswa dari berbagai elemen di Tana Luwu menuju Luwu Timur untuk melakukan aksi unjukrasa. Massa menuntut agar kiranya pihak Polres Lutim melepaskan rekan mereka yang tertangkap saat aksi senin kemarin.

Awalnya Ratusan mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Rakyat Menggugat (GERAM) melakukan aksi lanjutan untuk meminta kejelasan kepada aparat Kepolisian dan Kejaksaan Negreri Luwu Timur atas kasus yang menimpa dua Rekan Mereka yang tidak lain dilakukan oleh Hasan dan dua orang anaknya.

Hasan yang juga diketahui adalah salah satu anggota DPRD Luwu Timur utusan PPP. Pendemo sangat menyesalkan apa yang dilakukan oleh salah satu oknum anggota DPRD tersebut. "kami sangat menyesalkan aksi pemukulan yang dilakukan oleh Hasan dan dua orang anaknya, hasan sebagai salah satu orang tua yang harus menyayangi pemuda Wotu, apa lagi hasan ini sebagai anggota dewan yang seharusnya menjadi patron untuk pemuda diwotu ini" Ungkap Dedy 

Mahasiswa juga menuntut agar  jaksa yang menangani kasus ini  diganti. Namun penjelasan Sakaria tidak memuaskan aspirasi mahasiswa karena tidak bersedia menandatangani surat peryataan untuk menuntaskan kasus penganiayaan oknum anggota DPRD Luwu Timur, Hasan Amin. Mahasiswa juga memecahkan puluhan pot bunga yang terdapat di halaman depan kantor Kejaksaan.

Beberapa saat kemudian, Kapolres Luwu Timur, AKBP Andi Firman juga menemui para mahasiswa di halaman Kejaksaan Malili dan berjanji akan memediasi perwakilan mahasiswa dengan Ketua DPRD serta Kejaksaan Malili.

Usai mendapat penjelasan kapolres, rombongan demonstran bergerak ke Kantor DPRD Luwu Timur yang berjarak sekitar 50 meter dari Kantor Kejaksaan. Aksi anarkis demonstran kembali terulang di DPRD Luwu Timur, di tengah penjelasan yang diberikan Ketua DPRD, Sarkawi A. Hamid.

Tiga mahasiswa dan seorang anggota Polres Luwu Timur terluka dalam bentrokan ini. informasi yang dihimpun menyebutkan, dalam bentrokan ini, polisi terpaksa mengamankan seorang mahasiswa, Dwi Sardi, karena dianggap provokasi . Polisi juga melepaskan tembakan peringatan ke udara untuk menenangkan kebringasan demonstran yang makin anarkis.

Selain membakar ban bekas, salah seorang mahasiswa melakukan pelemparan di depan pintu masuk DPRD Luwu Timur yang dikawal puluhan Satpol PP. Akibatnya bentrokan antar aparat kepolisian dibantu Satpol PP Lutim dengan sejumlah mahasiswa kembali pecah.

MAHASISWA MENUNTUT KAPOLRES LUTIM MELEPASKAN REKAN MEREKA

GERAM : Membawa Keranda Mayat
sebagai bentuk matinya Hukum di LUTIM
Hari ini Ratusan Mahasiswa dan Pecinta Alama Se-Tana Luwu menggelar aksi lanjutan untuk pembebasan salah satu teman mereka yang tertangkap pada aksi 12/11/12 di kantor DPRD Luwu Timur.

"Kami tidak akan meninggalkan Luwu Timur ini sebelum kawan kami Dwi Sardi dilepaskan oleh aparat Kepolisian" Ujar Bayu Purnomo 

Kami  akan melakukan konsolidasi besar besaran kepada teman teman lembaga di makassar untuk menuntut pembebasan rekan kami.

Awal penangkapan Dwi Sardi oleh aparat Kepolisian bermula saat Mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan rakyat Menggugat (GERAM) melakukan demonstrasi menuntut Penangkapan Hasan beserta dua orang anaknya yang melakukan pemukulan terhadap Abd. Waris dan Irmayanti di Kampus STIKES BATARA GURU Maret lalu.

Demonstran menuntut transparansi dan penegakan supremasi hukum dalam penuntasan kasus tersebut serta menuntut pencopotan jaksa dan kepolisian yang menangani penyelesaian kasus penganiayaan yang dilakukan oknum anggota DPRD Lutim. 

Pihak demonstran tidak puas dengan keputusan Kejari Luwu timur, demonstran akhirnya bergeser ke DPRD Luwu Timur untuk meminta Hasan turun dan mengakui perbuatannya.

Kericuhan pun pecah saat massa demonstran yang memaksa masuk ke Kantor DPRD Lutim di hadang puluhan Satpol PP di tambah aparat kepolisian. Dalam adu otot tersebut, seorang anggota kepolisian mengalami luka memar dan tiga orang mahasiswa mengalami pendarahan bagian kepala akibat pukulan pentungan SATPOL PP dan Pukulan pihak Kepolisian. Seorang mahasiswa juga terpaksa harus diamankan pihak kepolisian karena diduga sebagai provokator aksi.

Kapolres Luwu Timur, AKBP Andi Firman yang menemui massa menegaskan tidak ada ‘kongkalikong’ atas kasus tersebut. Menurutnya, pihak kepolisian tetap akan menyelidiki kasus tersebut sampai tuntas. (Lapmi)

1. Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Palopo.

2. Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Palopo

3. Himpunan Mahasiswa Luwu Timur (HAM-LUTIM)

4. Ikatan Pelajar Mahasiswa Luwu Timur (IPMALUTIM)

5. Ikatan Mahasiswa Walenrang Lamasi (IMWAL)

6. BEM STIKES BATARA GURU Luwu Timur

7. BEM UNCP Palopo

8. BEM STAIN Palopo

9. Gajamada Palopo

10. KPA Se-TANA LUWU

AKSI GERAM BERUJUNG BENTROK : TIGA MAHASISWA LUKA MEMAR DAN BERDARAH


Massa Aksi Geram
Malili (12/11/12) Aksi diikuti ratusan mahasiswa dan masyarakat yang mengatasnamankan Gerakan Mahasiswa dan Masyarakat Menggugat (GERAM). Peserta Demonstrasi Menuntut pihak Kepolisian dan Kejakasaan Negeri Luwu timur agar mengusut tuntas kasus pemukulan yang dilakukan oleh Hasan tak lain adalah seorang Anggota DPRD Luwu Timur.
Polres dan Kejari Luwu Timur melakukan kongkalikong pada kasus yang menimpa Abd. Waris dan Irmayanti (mahasiswa STIKES BATARA GURU) pada saat Orasi.

Dalam Orasinya Dedy mengatakan "kasus ini telah beberapa bulan telah berlalu namun sampai sekarang pelaku pemukulan belum juga dipenjarakan, aksi ini adalah aksi yang ketiga kalinya kami turun menuntut Pihak kepolisian untuk menangkap pelaku Hasan Cs."

Mereka mendesak pihak kejaksaan untuk menuntaskan kasus pemukulan oknum anggota DPRD Lutim Hasan Amin terhadap dua mahasiswa Stikes batara Guru yang terjadi pada Maret lalu.

Massa yang berhasil masuk ke halaman Kantor Kejaksaan Negeri Malili, akhirnya melakukan pembakaran ban bekas disertai teriakan-teriakan orasi dari beberapa perwakilan demonstran yang meminta Kejari Malili turun dari jabatannya karena dinilai tidak becus dalam memproses kasus tersebut.

Demonstran menuntut transparansi dan penegakan supremasi hukum dalam penuntasan kasus tersebut serta menuntut pencopotan jaksa dan kepolisian yang menangani penyelesaian kasus penganiayaan yang dilakukan oknum anggota DPRD Lutim. 

Pihak demonstran tidak puas dengan keputusan Kejari Luwu timur, demonstran akhirnya bergeser ke DPRD Luwu Timur untuk meminta Hasan turun dan mengakui perbuatannya.

Kericuhan pun pecah saat massa demonstran yang memaksa masuk ke Kantor DPRD Lutim di hadang puluhan Satpol PP di tambah aparat kepolisian. Dalam adu otot tersebut, seorang anggota kepolisian mengalami luka memar dan tiga orang mahasiswa mengalami pendarahan bagian kepala akibat pukulan pentungan SATPOL PP dan Pukulan pihak Kepolisian. Seorang mahasiswa juga terpaksa harus diamankan pihak kepolisian karena diduga sebagai provokator aksi.

Kapolres Luwu Timur, AKBP Andi Firman yang menemui massa menegaskan tidak ada ‘kongkalikong’ atas kasus tersebut. Menurutnya, pihak kepolisian tetap akan menyelidiki kasus tersebut sampai tuntas.


Sementara itu, Ketua DPRD Lutim, Sarkawi A Hamid mengatakan DPRD Lutim tidak pernah arogansi dalam menerima aspirasi masyarakat termasuk dalam kasus Hasan Amin. Menurut Sarkawi, pihaknya melalui Badan Kehormatan (BK) telah merekomendasikan bahwasanya Hasan Amin telah melanggar kode etik anggota DPRD.

“Dari awal kami telah nyatakan bahwasanya Hasan Amin memang telah terbukti melanggar kode etik anggota DPRD Lutim hanya saja kami tidak punya wewenang untuk mengintervensi aparat penegak hukum,” 

Hanya saja DPRD Lutim tidak punya wewenang untuk melakukan intervensi kepada pihak kepolisian dalam hal hukum."tegasnya.

Lembaga - lembaga yang tergabung di Gerakan Mahasiswa dan Masyarakat Menggugat :

1. Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Palopo.

2. Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Palopo

3. Himpunan Mahasiswa Luwu Timur (HAM-LUTIM)

4. Ikatan Pelajar Mahasiswa Luwu Timur (IPMALUTIM)

5. Ikatan Mahasiswa Walenrang Lamasi (IMWAL)

6. BEM STIKES BATARA GURU Luwu Timur

7. BEM UNCP Palopo

8. BEM STAIN Palopo

9. Gajamada Palopo

10. KPA Se-LUWU TIMUR

Kamis, 08 November 2012

GaleriHMI

Refleksi Kongres HMI Ke- XXVII

"Edy Arsyad"

“Sesungguhnya Allah tiada mengubah keadaan suatu kaum, kecuali jika mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.” (Surat Ar Ra’du ayat 11)

HMI dalam Pandangan sejumlah kalangan, baik internal maupun eksternal HMI, dinilai mengalami kejumudan. Tak pelak, kondisi yang miris tersebut diibaratkan sebagai besi tua yang karatan.
Sehingga Nurcholis Majid (Cak Nur) -Cendekiawan Muslim Indonesia- pernah mengatakan, “Bubarkan saja HMI”. Sebuah otokritik dari orang dalam HMI sendiri, melihat kondisi HMI sebagai organisasi kader yang keberadaannya diharapkan mampu berperan sebagai wadah kalangan intelektual muda Islam dalam berproses sebagai insan cita, yakni akademis, pencipta, pengabdi, bertanggung jawab dan bernafaskan Islam.

khittah perjuangannya kini telah tergerus dan tergantikan dengan orientasi kekuasaan. Hal inilah, yang menyebabkan HMI dewasa ini mengalami degradasi baik sistem perkaderan maupun wacana dan tradisi pemikiran-pemikirannya.

Begitu pula kritik atas perilaku sejumlah kader HMI yang dianggap menyimpang dari norma-norma yang diajarkan dalam proses kaderisasi HMI. Sebutlah, misalnya, dalam aktivitas kesehariannya tidak bernafaskan Islam. Hal ini terlihat dari aktivitas Basic training, intermediate training hingga advance training disaat Seruan akan panggilan Tuhan, banyak kader HMI yang tidak beranjak tuk menunaikan kewajibannya. Tidak itu saja, dalam aksi demonstrasinya sejumlah oknum HMI kerap memperlihatkan tindakan yang tidak simpati.

Bukankah HMI sebagai kawah candra dimuka-nya Kader Ummat dan bangsa ini, melahirkan sejumlah kalangan Cendikiawan, Politikus, Birokrasi, Tokoh Ormas serta aktivis, dan masih banyak lagi profesi lainnya. Akankah Kebesaran HMI Sebagai wadah pencetak para pemimpin ini, akan hilang. Hilang dengan menyisakan Romantisme akan kebesaran HMI yang menggelisahkan.

HMI

Tentunya sebagai organisasi pencetak calon pemimpin yang berwawasan kebangsaan dan wawasan ke-ummatan, HMI diharapkan mampu menjawab persoalan kebangsaan dan keummatan ditengah bejibunnya persoalan yang tentunya tidak dibutuhkan apologi semata, tetapi praksis.


Bila kita sebagai kader hanya duduk terpaku mendengar dongen kebesaran masa lalu HMI, yang sering diperdengarkan pada Basic Training (Bastra) dengan kondisi kemujudan HMI dalam menjawab tantangan tersebut, HMI akan ditinggalkan apabila pelbagai persoalan tidak mampu terjawab, tidak itu saja dominasi orientasi kekuasaan di kalangan kader Hijau Hitam menjadi Hegemoni -meminjam istilah Gramscy- pada tataran prilaku dan tindakan sejumlah kader, sehingga secara tidak sadar nilai kritis tetutupi oleh kebanggaan memiliki kemewahan yang diperolehnya, banyaknya Kader HMI yang mencari nafkah di organisasi ini menjadi persoalan dan parasite yang nantinya sebagai awal menjadikan HMI ibarat besi tua yang karatan.


Terkikisnya-kalau boleh dikata hampir hilang- tradisi intelektual dikalangan kader HMI yakni Tradisi Membaca, Menulis serta Berdiskusi. Tradisi intelektual tersebut digantikan dengan Oreantasi kekuasaan semata, Sementara itu, Budaya Membaca, Menulis dan berdebat sebagai salah satu bentuk kreatifitas intelektual kini tenggelam dengan perbincangan “Aku dekat dengan pejabat a,b,c, d sampai menjadi team sukses kandidat Partai Politik Tertentu”.

Menjawab persoalan organisasi yang boleh dikatakan mengalami degradasi intelektual di kekinian, untuk itu kita sebagai kader HMI sudah saatnya, sebagaimana perubahan itu sendiri dimulai dari corak pemikiran. Perubahan HMI menuju cita-cita sebagaimana dengan pencapaian “Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridohi Allah SWT”

Bila, organisasi ini tak mampu menjawab tantangan zaman. Maka, mau tidak mau, setuju maupun tidak setuju, nantinya HMI hanyalah menjadi wadah bagi orang yang berpikir pragmatisme, di mana setiap aktifitasnya tidak dimulai dari niat Lillahi Ta’ala atau kata lain tuk mendapatkan ridho-Nya. Tetapi kita tidak menapikan sejumlah kader HMI yang menempuh jalan sepi tuk bangsa dan ummat, sebutlah, Nurcholis Majid,

Organisasi yang diprakarsai oleh (Alm) Prof. Dr Lafran Pane ini telah membuktikan organisasi yang mengedepankan dan bercirikan intelektual, modernis dengan nilai-nilai dan rasionalitas yang tinggi sesuai dengan nilai ajaran Islam. Namun, dalam perjalanannya mengisahkan sekelumit kemundurannya.

Akankah Citra HMI sebagai organisasi kader dilandasi roh keislaman, semangat kebangsaan dan kemanusian, tidak dikotomis satu sama lain tapi totalitas padu perjuangan besar Himpunan Mahasiswa Islam ? ataukah cita-cita itu hanyalah Impian semu, atau kita bangkit dan berpikir progresif dan tidak dininabobokkan dengan romantisme kebesaran masa lalu HMI itu sendiri.

Semoga….

Rabu, 07 November 2012

KRONOLOGIS PENGANIAYAAN MAHASISWA DI DALAM KAMPUS STIKES BATARA GURU WOTU OLEH OKNUM ANGGOTA DPRD LUWU TIMUR DARI PARTAI PPP

Undangan Aksi

1.    Pada Tanggal 27 Maret 2012  saya dan teman-teman pengurus BEM Stikes Batara Guru  beserta seluruh elemen mahasiswa yang ada dikampus turun kejalan melakukan demo menolak kenaikan BBM  sebagaimana demo tentang penolakan kenaikan BBM dilakukan oleh seluruh mahasiswa se Indonesia.
2.    Pada jam 09.00 Wita pagi saya dan teman-teman mahasiswa mahasiswi mulai keluar dari dalam kampus menuju  jalan  Trans Sulawesi (Jalan Pahlawan  Wotu) tepat di depan kampus STIKES Batara Guru  Wotu  dan mulailah secara bergantian  mahasiswa melakukan orasi, saya sendiri bertugas sebagai koordinator lapangan selama demo berlangsung.
3.    Pada  sekitar jam 11.00 Wita mahasiswa mulai memblokade jalan dan membakar  ban tetapi beberapa kendaraan roda  2 (dua) dan 4 (empat) masih dapat lewat dengan pengamanan pihak kepolisian saat itu pula melintas  mobil plat merah DD 9 R yang teman-teman mahasiswa tau kalau itu mobil pimpinan DPRD Luwu Timur dan benar yang ada diatas mobil tersebut adalah Bapak M. Siddiq BM wakil ketua DPRD Luwu Timur   dan berusaha mencegatnya  dengan  mengodor godor bahkan mahasiswa naik dikap depan mobilnya  dan meminta  beliau untuk menyampaikan orasi namun beliau menolak dengan alasan  beliau buru-buru ketempat reses dan beliau melanjutkan perjalanan sambil melambaikan tangan kepada mahasiswa,  beberapa menit  melintas Ketua DPRD Luwu Timur Bapak Sarkawi Hamid  dengan  kendaraan dinas beliau juga di cegat dan mahasiswa meminta beliau untuk berorasi namum alasan beliau buru waktu ke tempat reses maka mahasiswa pun mempersilahkan melanjutkan perjalanan.
4.    Pada Jam 11.00 Wita melintas kendaraan DD 241 DD yang dikendarai oleh H Hasan Amin  dan mahasiswa tahu kalau beliau adalah  salah satu anggota DPRD Luwu Timur dan mahasiswa mencegat bahkan salah satu teman mahasiswa naik diatas kap depan mobil beliau, mahasiswa mencegat dengan maksud meminta beliau memberikan orasi atau tanggapannya atas rencana kenaikan BBM, tetapi beliau justru marah marah dan turun dari mobilnya dan mengucapkan kata tidak sopan dan menantang mahasiswa untuk berkelahi, posisi saya pada saat itu sedang berorasi,  setelah pihak pengamanan (polisi) melarai untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan maka pihak pengamanan menyarankan  beliau agar kembali masuk ke dalam mobil dan salah satu polisi menyetir mobil H. Hasan Amin keluar dari kerumunan mahasiswa, namun setelah H. Hasan Amin kembali menyetir mobilnya bukannya melanjutkan perjalanan tetapi beliau memutar kembali mobilnya kearah mahasiswa dengan niat ingin memukul mahasiswa tetapi dicegat oleh beberapa polisi dan akhirnya beliau memutar kembali mobilnya dan melanjutkan perjalanan ke masamba.
5.    Pada Jam 15.00 Wita saya mengintruksikan kepada teman-teman agar segera menarik diri dari jalan kemudian dengan tertib teman-teman mahasiswa kembali masuk kampus dan mahasiswa satu persatu pulang kerumah masing-masing, saya pada saat itu dengan salah satu teman saya (Sdr. Dedi) menuju ke Bengkel depan kampus dengan tujuan ingin berbincang-bincang dengan bapak camat wotu dan bapak kapolsek wotu yang masih berada di tempat itu, setelah 30 menit kemudian saya dan sdr. Dedi kembali masuk kampus dan melihat H Hasan Amin sudah berada didalam lingkungan kampus. Tidak lama kemudian H. Hasan Amin mendatangi saya dengan teman-teman mahasiswa yang masih berada di halaman kampus (Sdr. Dedi, Andi Saharuddin, Habir, Irmayanti) dengan wajah marah dan  nada gemetar dan bertanya kepada semua teman-teman yang masih berada didekatku pada saat itu “Siapa yang menaiki mobilku tadi…lalu saya mengulurkan tangan kemudian saya berkata “Tabe Haji, baek-baekki” kemudian H Hasan Amin  mengabaikan sapaan saya , bersamaan dengan itu muncullah ketiga Anak H. Hasan Amin (Lk. Idrus Hasan, HHasrianto Hasananto, dan Sutrisno Hasan) kemudian salah seorang anaknya langsung menunjuk dan berkata Itu Waris Pak, ketua BEM nya. Bersamaan itulah tiba-tiba  Hasrianto Hasan  memegang rambut saya dengan keras dan menarik kerah baju saya dengan keras sedangkan  Sutrisno Hasan  memegang tangan kanan saya serta  Idrus Hasan memegang tangan kiri saya  sedangkan posisi H Hasan  tepat berada didepan saya. Bersamaan dengan itu H. Hasan Amin langsung memukul bagian muka, dada, belakang bersamaan dengan anaknya (Lk. Hasrianto Hasan, dan Idrus Hasan) kemudian Irmayanti yang berada pas di samping kiri saya tidak menerima perlakuan yang dilakukan oleh H. Hasan Amin beserta dengan anak-anaknya maka Irmayanti berusaha melerai dan melepaskan pegangan Idrus Hasan terhadap saya kemudian teman-teman mahasiswa yang lain yakni sdr. Dedi dan Andi Saharuddin serta Habir) berusaha juga untuk melerai perkelahian tersebut, dan saya pun juga berusaha melepaskan diri dari dari pengroyokan tersebut.
6.    Dengan kejadian tersebut selesai,kami bersama teman2 mengambil inisiarif kerumah sakit untuk divisum dan diwakili oleh aparat kepolisian. Dengan dasar itu kami melaporkan ke kapolres luwu Timur bersama teman-teman dan diambil keterangan saya maupun saksi..
7.    Pada tgl 16 April 2012 teman2 STIKES BATARA GURU dan HmI Cab.Palopo turun kembali  aksi ke DPRD Luwu Timur mempertnyakan kepada Dewan Kehormatan tentang bagaimana tindak lanjut masalah pemukulan ini dan rekomendasi Sehubungan dengan  menyikapi kinerja Badan Kehormatan DPRD Luwu Timur mengenai penanganan kasus penganiayaan yang dilakukan oleh H. Hasan Amin beserta anak-anaknya oknum Anggota DPRD Luwu Timur dari partai PPP terhadap 2 (dua) Mahasiswa STIKES Batara Guru di dalam kampus STIKES Batara Guru yang sampai saat ini Badan Kehormatan DPRD Luwu Timur tidak memberikan sangksi kepada oknum tersebut yang nyatanya telah melanggar perundang-undangan dan Kode etik yang berlaku sesuai dengan fungsi dan kewajiban anggota DPRD dan oknum tersebut juga mencemarkan nama baik lembaga DPRD Luwu Timur secara menyeluruh.
8.    Pada tgl 14 mei 2012 kami kembali mendatangi kapolres dan BKD luwu timur mempertanyakan Salah satu pelaku adalah Oknum CPNS bernama Hasrianto Hasan dengan NIP : 19871227201101008 yang saat ini berstatus tersangka (tahanan polres Luwu Timur).  Yang mengherankan bagi kami karena oknum tersebut saat ini sedang mengikuti DIKLAT PRAJABATAN yang hal ini kami anggap tidak benar dan bertentangan dengan aturan yang berlaku dan pernyataan penyidik ASDAR masalah kasus pemukulan  ini,tpi kelirunya sipelaku sering melaporkan diri kepolisi Cuma lewat SMS,Pada saat itu sipelaku masih berstatus tahanan. ketika Kapolres luwu timur mengetahui hal seperti itu dia langsung menyurut kepada Panitia DIKLAT PRAJABATAN tapi semua itu tidak ada respon sama sekali sementara Oknum CPNS bernama Hasrianto Hasan dengan NIP : 19871227201101008 melanjutkan DIKLATNYA.
9.    Kami mendatangi kapolres luwu timur tentang kasus pemukulan tentang tuntunan:
1.      Segera melakukan penangkapan ulang terhadap tersangka penganiayaan yang dilakukan oleh Lk. Idrus dan Lk. Hasrianto terhadap mahasiswa(i) STIKES Batara Guru yang di tangguhkan penahanannya oleh H. Hasan Amin (Oknum Anggota DPRD Luwu Timur) salah satu pelaku utama dalam penganiayaan tersebut.
2.    Segera melakukan percepatan proses penyelidikan terhadap salah satu oknum Anggota DPRD Luwu Timur (H. Hasan Amin).
Tapi penyataan kapolres luwu timur pada saat itu menunggu rekomendasi dari Gubernur Sulawesi selatan agar dapat bisa diperiksa dan bisa ditahan.
10.Anggota DPRD luwu timur melakukan rapat luar biasa bersama dengan Badan kehormatan DPRD luwu timur tentang masalah yg dilakukan oleh oknum DPRD.Dengan adanya rekomendasi dari badan kehormatan yang manyatakan bahwa H.Hasan Amin terbukti bersalah telah memasuki kampus stikes batara guru dan melakukan kekerasan kepada mahasiswa stikes batara guru.dengan dasar surat rekomendasi dari BK yang diserahkan kepada Ketua DPRD luwu timur untuk memberikan :
a.    sanksi berupa permohonan maaf kepada seluruh mahasiswa se Indonesia dan kampus stikes batara guru.
b.   sanksi berupa permohonan maaf melalui media cetak maupun media elektronik.
Tapi sampai sekarang H.Hasan Amin belum pernah melakukan hal tersebut.
11.Setelah adanya rekomendasi dari gubernur sul-sel tentang pemberian izin kepada penyidik untuk segera memeriksa H.Hasan Amin selaku tersangka dalam kasus kekerasan terhadap mahasiswa stikes batara guru,setelah penyidik memeriksa H.Hasan amin selaku tersangka dan mengeluarkan hasil pemeriksaan dan memutuskan pemberian pasal 170 dan 352 tentang penganiayaan secara bersama2 dan diserahkan kepada kejaksaan untuk di P21 kan,namun dari kejaksaan mengatakan bahwa pasal 170 dan 352 tidak dapat terima oleh kejaksaan karena alat bukti yang tidak mencukupi sehingga kejaksaan mengembalikan hasil penyidikan kepada penyidik untuk segera menambah alat bukti.
12.Dengan adanya undangan dari kapolres luwu timur untuk menghadiri glar kasus masalah pemukulan, saya dan teman2 menghadiri acara tersebut,ketika memulai acara tersebut dibacakan oleh penyidik bernama ASDAR  tapi nyatanya yang dipaparkan lewat LCD tidak sesuai yang ada di BAP (Berita Acara Pemeriksaan) saksi yang bernama dedi,Irmayati,Andi saharuddin,tapi ungkapan penyidik yang bernama ASDAR menyatakan”saya salah copy di BAP saksi lain”.
13.Penyidik ASDAR melengkapai dan menyerahkan berkasnya ke kejaksaan karena penyidik sudah merasa cukup alat bukti untuk di P21 kan  ke jaksa penuntut umum tapi ternyata kejaksaan mengembalikan kembali berkas ke 3 kalinya karna berkas itu tidak cukup alat bukti dari penyidik dan jaksa penuntut umum mengusulkan untuk di alihkan ke tipiring(tindak pidana ringan) karena alat bukti tidak mencukupi.
14.Sampai sekarang kejaksaan belum berani melimpahkan kasus perkara ini ke pengadilan karena alasan alat bukti yang tidak mencukupi.
15. Demikianlah urutan kejadian (kronologis) penganiayaan yang saya alami tanpa mengurangi atau menambah-nambahkan dan urutan kejadian  ini (kronologis) ini saya sudah sampaikan  dihadapan penyidik POLRES Luwu Timur pada tanggal 27 Maret 2012


Wotu, 1 Oktober 2012
    Korban      



ABDUL WARIS

Peranan HMI Dalam Membentuk Karakter Kader HMI

HMI : YAKIN USAHA SAMPAI
Sejak berdirinya HMI 1947 sampai tahun 1958, pelaksanaan perkaderan di HMI seperti sekarang belum dijamah, mengapa demikian? Alasan sederhana, karena HMI pada usia 11 tahun anggota HMI belum banyak. Akan tetapi memasuki tahun 1959 Ismail Hassan Metareum (almarhum) sebagai ketua PB HMI 1957-1960, menyadari bahwa di masa mendatang akan bertambah banyak, juga HMI harus mempunyai anggota terdidik, sehinga merupakan SDM yang handal. Pembicaraan awal tentang pekaderan di HMI dimulai pada Konfrensi Taruan Giri Puncak tanggal 20 s/d 24 Juli 1959 yang dipimpin Ismail Hassan Matareum sebagai ketua dan Murtadha Makmur sebagai sekretaris. Konfrensi Taruna Giri melaporkan konsep pendidikan kader HMI yang waktu itu disebut pendidikan dasar. Berdasakan data yang dapat dihimpun, menghasilkan fakta bahwa konsep pendidikan dasar hasil konfrensi taruna giri itulah yang dikembangkan sehinga terbentuk pola dan sistem perkaderan HMI sepeti sekarang. Dari medan latihan ALOKA di india, diperoleh masukan-masukan untuk mengembangkan pendidikan dasar di HMI Konsultasi yang dilaksanakan oleh PB HMI di gedung Leutik, Bogor bulan Oktober 1961 diadakan poenyempurnaan konsep training HMI Bersamaan dengan perumusan kepribadian HMI pada musyawara nasional HMI di pekajengan-pekalongan tanggal 23-28 desember 1962 dirumuskan pula metode training HMI, Acuan ini memuat tentang pengertian kader, tujuan pendidikan/latihan, sistem/metode training, klarifikasi kader, waktu dan penyelengara training, tingkatan-tingkatan training yaitu : Basic Training, Itermediate Traning, dan Advanced Training. Training itu disertai dengan kurikulum masing-masing berjenjang.2

Perkaderan HMI berkembang terus yang ditandai diselengarakannya berbagai kegiatan seperti seminar nasional dengan metode training di kaliurang tahun 1963. Tahun 1967 di pekalongan diselengarakan seminar nasional perkaderan. Juga di pekalongan berlangsung tahu 1970 berlangsung Senior Couse nasional. Seminar kader nasional diadakan dijakarta tahun 1973. Lokakarya perkaderan digelar dikaliurang tahun 1975, tahun 1981 di Jatiwaringin diadakan seminar perkaderan HMI, disusul dengan lokakarya perkaderan HMI disurabaya tahun 1983, dimatraman tahun 1986. Kembali kesurabaya tahu 1988 diselengarahkan sarasehan dan lokakarya (Saloka) perkaderan. Lokakarya perkaderan dijakarta tahun 1997. Perkembangan perkaderan HMI menjadi wacana sejak konres ke – 8 tahun 1966 sampai kongres ke-21 tahun 1997. Kegiatan-kegiatan ini menunjukan bahwa perkembangan, penyempurnaan perkaderan di HMI terus belanjut. Strategi ini diperlukan karena perubahan situasi, ruang, waktu serta tantangan yang terus berubah dengan cepat sesuai dengan tuntunan zaman.3

Untuk memahami dan melaksanakan perkaderan di HMI, telah dirumuskan berbagai aspek sebagai pedoman melaksanakan perkaderan di HMI yaitu :1) pengertian kader, 2) arah perkaderan, 3) training, 4) jenjang training, 5) kurikulum training, 6) Instruktur training, 7) metode training, 8) organisasi training, 9) LPL, 10) evaluasi perkaderan, 11) follow uptraining, 12) wujud profil kader yang diinginkan. Tiga aspek dari 12 tersebut, disini akan diuraikan secara singkat sebagai brikut:

Petama, pengertian kader

Terlihat dalam tubuh organisasi, kader memiliki fungsi tersendiri yaitu : sebagai tenaga pengerak organisasi, sebagai calon pimpinan, dan sebagai benteng organisasi. Secara kualitatif, kader mempunyai mutu, kesangupan bekerja dan berkorban lebih besar dari pada anggota biasa. Kader itu adalah inti, kader merupakan benteng dari “serangan” luar serta penyelewengan dari dalam. Kedalam tubuh organisasi, kader merupakan pembina yang tidak berfungsi pimpinan. Kader adalah tenaga pengerak organisasi yang memahami sepenuhnya dasar dan ideologi perjuangan. Ia mampu melaksanakan program perjuangan secara konsekuen di setiap waktu, situasi dan tempat. Terbawa oleh fungsinya itu untuk menjadi kader organisasi yang berkualitas, anggota harus menjalani pendidikan, latihan dan praktikum. Pendidikan kader harus dilaksanakan secara terus menerus dan teratur, rapi dan berencana yang diatur dalam pedoman perkaderan4. Kongres ke-8 HMI tahun 1966 merumuskan pengertian kader adalah tulang pungung organisasi, pelopor, pengerak, pelaksana, penyelamat cita-cita HMI masa kini dan yang akan datang dimanapun berada, tetap berorientasi kapada azas dan syariat islam5.

Defenisi dan pengetian di atas setidaknya terdapat tiga ciri yang terintegrasi dalam diri seorang kader. Pertama, seorang kader bergerak dan berbentuk dalam organisasi. Kader mengenal aturan permainan organisasi dengan ketentuan yang ada, seperti NDP dalam pemahaman integralistik dengan pancasila maupun UUD 1945. Dari segi operasional organisasi, kader selalu berpegang dan mematuhi AD/ART HMI, pedoman perkaderan, dan ketentuan lain. Kedua, seorang kader mempunyai komitmen yang tinggi secara terus menerus, konsisten dalam pemperjuangkan dan melaksanakan kebenaran. Ketiga, seorang kader memiliki bakat dan kualitas sebagai tulang pungung yang mampu menyanga kasatuan kumpulan manusia yang lebih besar. Jadi fokus seoarang kader terletak pada kuwalitas. Kader HMI adalah anggota yang telah menjalani proses perkaderan sehinga memiliki ciri kader yang integritas kepribadian yang utuh, beriman, berilmu dan beramal saleh sehinga siap mengemban tugas dan amanah dalam kehidupan beragama, bermasyarakat, berbangsa dan negara.

Kedua, Arah Perkaderan.

Mengingat fungsi HMI sebagai organisasi kader maka seluruh aktivitas harus memberi kesempatan berkembang bagi kualitas-kualitas pribadi anggota-anggota. Sifat kekaderan HMI dipertegas dengan tujuan HMI dalam pasal 5 anggaran dasar HMI, Tujuan HMI ini telah memberi tuntunan kemana perkaderan HMI diarahkan, anggota HMI yang merupakan humanmaterial yang dihadapi HMI untuk dibina dan dikembangkan menjadi kader HMI adalah mereka yang memiliki kualitas-kualitas sebagai: a). Mahasiswa, yaitu mereka yang telah mencapai tingkat pendidikan intelektual tertentu, calon sarjana dan potensi menjadiintelegensia, b). Kader yaitu mereka yang memiliki kesedian untuk berlatih dan mengembangkan kualitas-kualitas pribadinya guna menyongsong tugas masa depan umat dan bangsa indonesia, c). Perjuangan yaitu mereka yang ikhlas, bersedia dan berkorban guna mencapai cita-cita umat islam dan bangsa indonesia pada waktu sekarang dan yang akan datang7.

Inilah yang menjadi landasan, bahan bagaimana pendidikan kader di lingkungan HMI dilaksanakan dan diarahkan. Hakekat tugas pokok HMI adalah tugas perkaderan semua kegiatan HMI hendaknya mengambarkan fungsi kekaderan yang artinya strategis bagi pembinaan kader HMI adalah memberikan wawasan kepemimpinan bagi kader-kader HMI sesuai dengan fungsi dan perannya guna melaksanakan fungsinnya kekaderan HMI maka diuperlukan media sebagai instansi perkaderan yang dapat dikelompokan dalam dua macam yaitu training dan aktivitas.

Berarti kegiatan HMI merupakan pendidikan kader dengan sasaran anggota-anggota HMI dalam hal :
Watak dan kepribadiannya yaitu dengan membei kesadaran beragama, akhlak dan watak itu berarti harus menjelma seorang individu yang beriman, berakhlak luhur, memiliki watak yang autentik serta memiliki pengapdian dalam arti yang paling hakiki.
Kemampuan ilmiyah yaitu degan memnbina seorang hinga memiliki pengetahuan (knowledge) kecerdasan (intelectuality) dan kebijaksanaan (wisdom)
Ketrampilannya yakni kepandaian menterjemahkan ide dan pikiran dalam praktek8.

Dengan terbinanya tiga sasaran tersebut maka terbinalah insan cita HMI yang beriman, berilmu dan beramal. Tujuan HMI telah memberikan gambaran tentang insan cita HMI

Tujuan HMI sebagai tujuan umum yang hendak di capai oleh HMI menjadi garis dan titik sentral seluruh kegiatan dan aktivitas perkaderan HMI Konsentrasi dari tujuan itu maka dengan sendirinya tujuan merupakan ukuran/norma dari semua kegiatan HMI Dengan demikian kegiatan-kegiatan HMI benar-benar relevan dengan tujuan bagi anggota, tujuan organisasi merupakan titik pertemuan persamaan kepentingan yang paling pokok dari seluruh anggota oleh karena itu peranan anggota dalam mencapai tujuan organisasi adalah sangat besar dan menentukan.

Untuk tebinanya insan yang berkualitas lima tersebut sebagai arah perkaderan HMI, maka kegiatan HMI dapat di kelompokan dalam dua macam kegiatan yaitu : a) kegiatan kampus perguruan tinggi, b). Kegiatan non kampus perguruan tinggi. Peranan HMI untuk selalu berpartisipasi dan selalu membina dan menjadikan suatu perguruan tinggi yang benar-benar mampu menciptakan manusia akademis yang qualified terletak dalam aspek ini. Aktivitas perguruan tinggi diusahakan untuk mampu menopang tercapainya tujuan HMI oleh karena itu penguasa kampus dalam arti positif dan konstruktif adalah termasuk perjuangan HMI Berarti antara HMI dan perguruan tinggi adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan secara idealadalah sebagimana usaha HMI agar perguruan tinggi menjadi “sekolah HMI”, dalam arti mampu mncetak insan yang dicita-citakan HMI Selama perguruan tinggi yang ideal yang dimaksudkan belum tercapai maka kegiatan training “sekolah HMI” adalah tugas/ kegiatan yang paling pokok untuk mencapai tujuan HMI seperti tersebut dan dirumuskan dalam pasal 6 anggaran dasar tentang usaha. Dalam bentuk operasioanal usaha-usaha tersebut lebih lanjut dijabarkan dalam program kerja nasional (PKN)9.

Ketiga, Wujud Profil yang diinginkan

Bertolak dari landasan-landasan, arah dan tujuan perkaderan HMI maka akhir kegiatan perkaderan diarahkan dalam rangka membentuk profil kader yang ideal yaitu muslimIntelektual profesional. Tiga aspek yang ditentuka dalam usaha pelaksanaan kaderisasi yaitu pembentukan integritas watak dan kepribadian, pengembangan kualitas intelektualitas atau kemampuan ilmiyah pengembangan kemampuan profesional atau ketrampilan, harus terintegrasi secarah utuh 10. Secara spesik wujud profil kader HMI adalah seperti tergambar dalam tujuan HMI yaitu 5 kualitas insan cita. Lima kualitas insan cita tersebut seperti diterangkan dalam tafsir tujuan HMI Kelima kualitas insan cita itu semua mengandung 17 butiran indikator, sebagai wujud profil seorang kader HMI sebagai mana yang dicita-citakan11. lima kualitas insan cita HMI sebagai kelompok intelegensia atau intelektual kader HMI dapat digambarkan dengan a). tipe konseptor, b). tipe solidaraty maker, c). tipeproblem solving, d). tipe administrator atau pelaksana, dan e). tipe negarawanan. Klasifikasi ini dimaksudkan untuk menunjukan tipe-tipe kader yang dibutuhkan pada masa kini dan masa mendatang. Hal ini sebagai petujuk pada penentuan arah dan sistem perkaderan HMI untuk itu harus diperhatikan potensi-potensi pribadi anggota untuk mendapatkan penyaluran bimbingan, peningkatan dan pengembangan yang efektif11.

HMI sebagai organisasi kader dan sifat kekaderan HMI dapat dipahami dari status HMI sebagai organisasi mahasiswa yang dipertegas dalam tujuan HMI terikat fungsi HMI sebagai organisasi kader dan dengan rumusan tujuan HMI, HMI bukanlah organisasi massa tapi sebaliknya HMI adalah lembaga pendidikan. Anggota HMI selain mendapatkan ilmu diperguruan tinggi sebagai “almamater pertama” anggota HMI juga mendapatkan ilmu di lembaga pendidikan hmi sebagai “almamater kedua”. Ilmu-ilmu yang diperoleh di HMI seperti keorganisasian, ke-HMI-an, strategi taktik, tidak dipelajari diporguruyan tinggi. Dua ciri yang membedakan latihan kader HMI dengan organisasi lain. Dua ciri yang dimaksud adalah ditinjauh dari materi latihan kader HMI yaitu Nilai-Nilai Dasar Perjuangan (NDP) dan sejarah HMI Kedua meteri ini sangat khas dan memberikan warna tersendiri di HMI kata Berlina Kartakusumah tatkalah diwawancarai di bandung13. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Sakib Mahmud salah seorang perumus NDP tahun 1969 yang hinga kini masih aktif memberi materi pada training-training HMI14. Perkaderan HMI ditempatkan sebagai unggulan cendikiawan muslim diindonesia. Ditunjukan baik orang dalam maupun luar HMI bahwa kader-kader HMI telah menyebar ke berbagai lapisan kehidupan masyarakat yang majmuk. Dinilai hal ini terjadi karena Output HMI berupa alumni relatif jumlahnya. Alumni HMI tergabung dalam keluarga alumni HMI (KAHMI). Antara HMI dan KAHMI tidak ada hubungan organisatoris, hubungan aspiratiflah yang mentautkan kedua organisasi ini. Apabilah di amati jumlah alumni HMI yang menyebar ke berbagai lapisan kehidupan masyarakat, barang kali salah satu toko ukuran keberhasilan perkaderan HMI akan tetapi teori ini masih perlu di kaji lebih lanjut.

Selain hal-hal yang bersifat keorganisasian dan teknis operasional perkaderan HMI pun telah merumuskan hal-hal yang sifatnya filosofis dan ideologis untuk menciptakan dan memperkuat terbentuknya profil HMI sehinga setiap kader HMI memiliki kualitas tertentu serta memiliki kelebihan dari orhganisasi lain, sebagai garansi obyektif untuk mampu manjalankan missi perjuangannya ditengah-tengah dinamika kehidupan bangsa. Hal ini yang bersifat filosofis dan ideologis.


Tertanda 


Isnul
(eks. Sekum HMI Cab. Palopo)

Lagu Mars KOHATI (Korps HMI-Wati)

Lagu Hymne HMI (Himpunan Mahasiswa Islam)

Selasa, 06 November 2012

Jerman Konversi Utang Indonesia Jadi Beasiswa


Presiden Republik Federal Jerman Christian Wulff mengumumkan penambahan 400 beasiswa baru bagi warga Indonesia untuk menempuh studi di negaranya. Presiden Wulff mengatakan, Jerman terus berupaya meningkatkan jumlah beasiswa yang dapat ditawarkan kepada warga Indonesia.

“Kami ingin mempertemukan Parlemen Jerman supaya makin banyak utang (Indonesia) yang bisa dikonversi menjadi beasiswa,” ujar Presiden Wulff dalam pernyataan pers bersama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (1/12/2011).

Pernyataan pers ini disampaikan setelah kedua pemimpin negara melakukan pertemuan bilateral selama 60 menit. Terkait hal ini, Presiden Yudhoyono mengucapkan terima kasih atas peluang yang diberikan Jerman.

Kebijakan konversi utang Indonesia ke bidang pendidikan dan juga pengembangan teknologi ramah lingkungan, perbaikan ekosistem, kehutanan, pelayanan kesehatan telah berlangsung sejak tahun 2007. 

“Saya menyampaikan terima kasih kepada Presiden Jerman,” kata Presiden Yudhoyono.

Pada pertemuan tersebut, Presiden Yudhoyono mengusulkan kerja sama pendidikan antara Pemerintah Indonesia-Jerman ditingkatkan. Hal ini kemudian disambut positif oleh Presiden Wulff. Menurut Presiden Yudhoyono, Indonesia membutuhkan ribuan lulusan teknik untuk membangun konektivitas dan infrastruktur negara selama 10 hingga 30 tahun mendatang.

Presiden Yudhoyono juga menekankan pentingnya kerja sama di bidang riset, teknologi, dan inovasi di bidang teknologi, utamanya yang bersih dan ramah lingkungan.

(SUMBER:  HMINEWS.COM)
Link Asli

Pentingnya Peran Kader HMI Dalam Mengawal Kasus Korupsi

Hmi Cabang Palopo sebagai salah satu pelopor Gerakan Mahasiswa yang ada dikota palopo menuntut para kadernya agar mengawal segala kebijakan kebijakan yang dikeluarkan oleh pihak pemerintah Kota Palopo.

Peran Kader-kader HMI sangatlah penting untuk mengawal kebijakan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah kota palopo, apakah kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah telah sesuai dengan aturan atruan yang ada dan kebijakan tersebut apakah telah tepat sasaran" ungkap Rian Ketua HMI Komisariat FKIP-FAPERTA UNCP.

Banyaknya penyalahgunaan dana misalnya yang dilakukan oleh oknum tertentu seperti penyalahgunaan Dana Pendidikan Gratis yang telah diduga digunakan dan tidak tepat sasaran. imbuh Rian

Dalam kasus ini, Kejari Palopo menyebutkan kerugian Negara yang ditimbulkan hanya mencapai Rp400 Juta saja, nilai yang terbilang kecil bila dibandingkan dengan kasus DPG Tahun 2011 yang kerugian negaranya mencapai Rp 4 miliar.

Diharapkan kepada seluruh elemen masyarakat, temasuk mahasiswa kota palopo agar pro-aktif dalam mengawal pengungkapan Korupsi yang ada dikota palopo, tutupnya

SEJARAH TERBENTUKNYA HMI



A. Definisi Sejarah Sejarah adalah pelajaran dan pengetahuan tentang perjalanan masa lampau ummat manusia, mengenai apa yang dikerjakan, dikatakan dan dipikirkan oleh manusia pada masa lampau, untuk menjadi cerminan dan pedoman berupa pelajaran, peringatan, kebenaran bagi masa kini dan mendatang untuk mengukuhkan hati manusia.

B. Latar Belakang Sejarah Berdirinya HMI 

Kalau ditinjau secara umum ada 4 (empat) permasalahan yang menjadi latar belakang sejarah berdirinya HMI. 

Situasi Dunia Internasional

Berbagai argumen telah diungkapkan sebab-sebab kemunduran ummat Islam. Tetapi hanya satu hal yang mendekati kebenaran, yaitu bahwa kemunduran ummat Islam diawali dengan kemunduran berpikir, bahkan sama sekali menutup kesempatan untuk berpikir. Yang jelas ketika ummat Islam terlena dengan kebesaran dan keagungan masa lalu maka pada saat itu pula kemunduran menghinggapi kita.

Akibat dari keterbelakangan ummat Islam , maka munculah gerakan untuk menentang keterbatasan seseorang melaksanakan ajaran Islam secara benar dan utuh. Gerakan ini disebut Gerakan Pembaharuan. Gerakan Pembaharuan ini ingin mengembalikan ajaran Islam kepada ajaran yang totalitas, dimana disadari oleh kelompok ini, bahwa Islam bukan hanya terbatas kepada hal-hal yang sakral saja, melainkan juga merupakan pola kehidupan manusia secara keseluruhan. Untuk itu sasaran Gerakan Pembaharuan atau reformasi adalah ingin mengembalikan ajaran Islam kepada proporsi yang sebenarnya, yang berpedoman kepada Al Qur'an dan Hadist Rassullulah SAW.

Dengan timbulnya ide pembaharuan itu, maka Gerakan Pem-baharuan di dunia Islam bermunculan, seperti di Turki (1720), Mesir (1807). Begitu juga penganjurnya seperti Rifaah Badawi Ath Tahtawi (1801-1873), Muhammad Abduh (1849-1905), Muhammad Ibnu Abdul Wahab (Wahabisme) di Saudi Arabia (1703-1787), Sayyid Ahmad Khan di India (1817-1898), Muhammad Iqbal di Pakistan (1876-1938) dan lain-lain.

Situasi NKRI

Tahun 1596 Cornrlis de Houtman mendarat di Banten. Maka sejak itu pulalah Indonesia dijajah Belanda. Imprealisme Barat selama ± 350 tahun membawa paling tidak 3 (tiga) hal : 

Penjajahan itu sendiri dengan segala bentuk implikasinya.

Missi dan Zending agama Kristiani.

Peradaban Barat dengan ciri sekulerisme dan liberalisme.

Setelah melalui perjuangan secara terus menerus dan atas rahmat Allah SWT maka pada tanggal 17 Agustus 1945, Soekarno-Hatta Sang Dwi Tunggal Proklamasi atas nama bangsa Indonesia mengumandangkan kemerdekaannya.




Kondisi Mikrobiologis Ummat Islam di Indonesia

Kondisi ummat Islam sebelum berdirinya HMI dapat dikategorikan menjadi 4 (empat) golongan, yaitu : Pertama : Sebagian besar yang melakukan ajaran Islam itu hanya sebagai kewajiban yang diadatkan seperti dalam upacara perkawinan, kematian serta kelahiran. Kedua : Golongan alim ulama dan pengikut-pengikutnya yang mengenal dan mempraktekkan ajaran Islam sesuai yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Ketiga : Golongan alim ulama dan pengikut-pengikutnya yang terpengaruh oleh mistikisme yang menyebabkan mereka berpendirian bahwa hidup ini adalah untuk kepentingan akhirat saja. Keempat : Golongan kecil yang mencoba menyesuaikan diri dengan kemajuan jaman, selaras dengan wujud dan hakekat agama Islam. Mereka berusaha supaya agama Islam itu benar-benar dapat dipraktekkan dalam masyarakat Indonesia.

Kondisi Perguruan Tinggi dan Dunia Kemahasiswaan

Ada dua faktor yang sangat dominan yang mewarnai Perguruan Tinggi (PT) dan dunia kemahasiswaan sebelum HMI berdiri. Pertama: sisitem yang diterapkan dalam dunia pendidikan umumnya dan PT khususnya adalah sistem pendidikan barat, yang mengarah kepada sekulerisme yang "mendangkalkan agama disetiap aspek kehidupan manusia". Kedua : adanya Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta (PMY) dan Serikat Mahasiswa Indonesia (SMI) di Surakarta dimana kedua organisasi ini dibawah pengaruh Komunis. Bergabungnya dua faham ini (Sekuler dan Komunis), melanda dunia PT dan Kemahsiswaan, menyebabkan timbulnya "Krisis Keseimbangan" yang sangat tajam, yakni tidak adanya keselarasan antara akal dan kalbu, jasmani dan rohani, serta pemenuhan antara kebutuhan dunia dan akhirat.







Berdirinya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

Latar Belakang Pemikiran

Berdirinya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) diprakasai oleh Lafran Pane, seorang mahasiswa STI (Sekolah Tinggi Islam), kini UII (Universitas Islam Indonesia) yang masih duduk ditingkat I. Tentang sosok Lafran Pane, dapat diceritakan secara garis besarnya antara lain bahwa Pemuda Lafran Pane lahir di Sipirok-Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Pemuda Lafran Pane yang tumbuh dalam lingkungan nasionalis-muslim pernah menganyam pendidikan di Pesantren, Ibtidaiyah, Wusta dan sekolah Muhammadiyah. 

Adapun latar belakang pemikirannya dalam pendirian HMI adalah: "Melihat dan menyadari keadaan kehidupan mahasiswa yang beragama Islam pada waktu itu, yang pada umumnya belum memahami dan mengamalkan ajaran agamanya. Keadaan yang demikian adalah akibat dari sitem pendidikan dan kondisi masyarakat pada waktu itu. Karena itu perlu dibentuk organisasi untuk merubah keadaan tersebut. Organisasi mahasiswa ini harus mempunyai kemampuan untuk mengikuti alam pikiran mahasiswa yang selalu menginginkan inovasi atau pembaharuan dalam segala bidang, termasuk pemahaman dan penghayatan ajaran agamanya, yaitu agama Islam. Tujuan tersebut tidak akan terlaksana kalau NKRI tidak merdeka, rakyatnya melarat. Maka organisasi ini harus turut mempertahankan Negara Republik Indonesia kedalam dan keluar, serta ikut memperhatikan dan mengusahakan kemakmuran rakyat.

Peristiwa Bersejarah 5 Februari 1947

Setelah beberapa kali mengadakan pertemuan yang berakhir dengan kegagalan. Lafran Pane mengadakan rapat tanpa undangan, yaitu dengan mengadakan pertemuan secara mendadak yang mempergunakan jam kuliah Tafsir. Ketika itu hari Rabu tanggal 14 Rabiul Awal 1366 H, bertepatan dengan 5 Februari 1947, disalah satu ruangan kuliah STI di Jalan Setiodiningratan (sekarang Panembahan Senopati), masuklah mahasiswa Lafran Pane yang dalam prakatanya dalam memimpin rapat antara lain mengatakan "Hari ini adalah pembentukan organisasi Mahasiswa Islam, karena persiapan yang diperlukan sudah beres. Yang mau menerima HMI sajalah yang diajak untuk mendirikan HMI, dan yang menentang biarlah terus menentang, toh tanpa mereka organisasi ini bisa berdiri dan berjalan"

Pada awal pembentukkannya HMI bertujuan diantaranya antara lain: 

Mempertahankan dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia.

Menegakkan dan mengembangkan ajaran agama Islam. Sementara tokoh-tokoh pemula / pendiri HMI antara lain :






Lafran Pane (Yogya), 
Karnoto Zarkasyi (Ambarawa), 
Dahlan Husein (Palembang), 
Maisaroh Hilal (Singapura), 
Suwali, Yusdi Ghozali (Semarang), 
Mansyur, Siti Zainah (Palembang), 
M. Anwar (Malang), 
Hasan Basri, Marwan, Zulkarnaen, Tayeb Razak, Toha Mashudi (Malang), 
Baidron Hadi (Yogyakarta). 






Faktor Pendukung Berdirinya HMI

Posisi dan arti kota Yogyakarta

Yogyakarta sebagai Ibukota NKRI dan Kota Perjuangan 

Pusat Gerakan Islam 

Kota Universitas/ Kota Pelajar 

Pusat Kebudayaan 

Terletak di Central of Java

Kebutuhan Penghayatan dan Keagamaan Mahasiswa

Adanya tuntutan perang kemerdekaan bangsa Indonesia 

Adanya STI (Sekolah Tinggi Islam), BPT (Balai Perguruan Tinggi) 

Gajah Mada, STT (Sekolah Tinggi Teknik). 

Adanya dukungan Presiden STI Prof. Abdul Kahar Muzakir 

Ummat Islam Indonesia mayoritas 

Faktor Penghambat Berdirinya HMI

Munculnya reaksi-reaksi dari :

Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta (PMY) 

Gerakan Pemuda Islam (GPII) 

Pelajar Islam Indonesia (PII) 

Fase-Fase Perkembangan HMI dalam Perjuangan Bangsa Indonesia

Fase Konsolidasi Spiritual (1946-1947)

Sudah diterangkan diatas

Fase Pengokohan (5 Februari 1947 - 30 November 1947)

Selama lebih kurang 9 (sembilan) bulan, reaksi-reaksi terhadap kelahiran HMI barulah berakhir. Masa sembilan bulan itu dipergunakan untuk menjawab berbagai reaksi dan tantangan yang datang silih berganti, yang kesemuanya itu semakin mengokohkan eksistensi HMI sehingga dapat berdiri tegak dan kokoh. 

Fase Perjuangan Bersenjata (1947 - 1949)

Seiring dengan tujuan HMI yang digariskan sejak awal berdirinya, maka konsekuensinya dalam masa perang kemerdekaan, HMI terjun kegelanggang pertempuran melawan agresi yang dilakukan oleh Belanda, membantu Pemerintah, baik langsung memegang senjata bedil dan bambu runcing, sebagai staff, penerangan, penghubung. Untuk menghadapi pemberontakkan PKI di Madiun 18 September 1948, Ketua PPMI/ Wakil Ketua PB HMI Ahmad Tirtosudiro membentuk Corps Mahasiswa (CM), dengan Komandan Hartono dan wakil Komandan Ahmad Tirtosudiro, ikut membantu Pemerintah menumpas pemberontakkan PKI di Madiun, dengan mengerahkan anggota CM ke gunung-gunung, memperkuat aparat pemerintah. Sejak itulah dendam kesumat PKI terhadap HMI tertanam. Dendam disertai benci itu nampak sangat menonjol pada tahun '64-'65, disaat-saat menjelang meletusnya G30S/PKI.

Fase Pertumbuhan dan Perkembangan HMI (1950-1963)

Selama para kader HMI banyak yang terjun ke gelanggang pertempuran melawan pihak-pihak agresor, selama itu pula pembinaan organisasi terabaikan. Namun hal itu dilakukan secara sadar, karena itu semua untuk merealisir tujuan dari HMI sendiri, serta dwi tugasnya yakni tugas Agama dan tugas Bangsa. Maka dengan adanya penyerahan kedaulatan Rakyat tanggal 27 Desember 1949, mahasiswa yang berniat untuk melanjutkan kuliahnya bermunculan di Yogyakarta. Sejak tahun 1950 dilaksankanlah tugas-tugas konsolidasi internal organisasi. Disadari bahwa konsolidasi organisasi adalah masalah besar sepanjang masa. Bulan Juli 1951 PB HMI dipindahkan dari Yogyakarta ke Jakarta.

Fase Tantangan (1964 - 1965)

Dendam sejarah PKI kepada HMI merupakan sebuah tantangan tersendiri bagi HMI. Setelah agitasi-agitasinya berhasil membubarkan Masyumi dan GPII, PKI menganggap HMI adalah kekuatan ketiga ummat Islam. Begitu bersemangatnya PKI dan simpatisannya dalam membubarkan HMI, terlihat dalam segala aksi-aksinya, Mulai dari hasutan, fitnah, propaganda hingga aksi-aksi riil berupa penculikan, dsb. 

Usaha-usaha yang gigih dari kaum komunis dalam membubarkan HMI ternyata tidak menjadi kenyataan, dan sejarahpun telah membeberkan dengan jelas siapa yang kontra revolusi, PKI dengan puncak aksi pada tanggal 30 September 1965 telah membuatnya sebagai salah satu organisasi terlarang.

Fase Kebangkitan HMI sebagai Pelopor Orde Baru (1966 - 1968)

HMI sebagai sumber insani bangsa turut mempelopori tegaknya Orde Baru untuk menghapuskan orde lama yang sarat dengan ketotaliterannya. Usaha-usaha itu tampak antara lain HMI melalui Wakil Ketua PB Mari'ie Muhammad memprakasai Kesatuan Aksi Mahasiswa (KAMI) 25 Oktober 1965 yang bertugas antara lain : 1) Mengamankan Pancasila. 2) Memperkuat bantuan kepada ABRI dalam penumpasan Gestapu/ PKI sampai ke akar-akarnya. Masa aksi KAMI yang pertama berupa Rapat Umum dilaksanakan tanggal 3 Nopember 1965 di halaman Fakultas Kedokteran UI Salemba Jakarta, dimana barisan HMI menunjukan superioitasnya dengan massanya yang terbesar. Puncak aksi KAMI terjadi pada tanggal 10 Januari 1966 yang mengumandangkan tuntutan rakyat dalam bentuk Tritura yang terkenal itu. Tuntutan tersebut ternyata mendapat perlakuan yang represif dari aparat keamanan sehingga tidak sedikit dari pihak mahasiswa menjadi korban. Diantaranya antara lain : Arif rahman Hakim, Zubaidah di Jakarta, Aris Munandar, Margono yang gugur di Yogyakarta, Hasannudin di Banjarmasin, Muhammad Syarif al-Kadri di Makasar, kesemuanya merupakan pahlawan-pahlawan ampera yang berjuang tanpa pamrih dan semata-mata demi kemaslahatan ummat serta keselamatan bangsa serta negara. Akhirnya puncak tututan tersebut berbuah hasil yang diharap-harapkan dengan keluarnya Supersemar sebagai tonggak sejarah berdirinya Orde Baru.

Fase Pembangunan (1969 - 1970)

Setelah Orde Baru mantap, Pancasila dilaksanakan secara murni serta konsekuen (meski hal ini perlu kajian lagi secara mendalam), maka sejak tanggal 1 April 1969 dimulailah Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita). HMI pun sesuai dengan 5 aspek pemikirannya turut pula memberikan sumbangan serta partisipasinya dalam era awal pembagunan. Bentuk-bentuk partisipasi HMI baik anggotanya maupun yang telah menjadi alumni meliputi diantaranya : 1) partisipasi dalam pembentukan suasana, situasi dan iklim yang memungkinkan dilaksanakannya pembangunan, 2) partisipasi dalam pemberian konsep-konsep dalam berbagai aspek pemikiran 3) partisipasi dalam bentuk pelaksana langsung dari pembangunan.

Fase Pergolakan dan Pembaharuan Pemikiran (1970 - sekarang )

Suatu ciri khas yang dibina oleh HMI, diantaranya adalah kebebasan berpikir dikalangan anggotanya, karena pada hakikatnya timbulnya pembaharuan karena adanya pemikiran yang bersifat dinamis dari masing-masing individu. Disebutkan bahwa fase pergolakan pemikiran ini muncul pada tahun 1970, tetapi geja-gejalanya telah nampak pada tahun 1968. Namun klimaksnya memang terjadi pada tahun 1970 di mana secara relatif masalah- masalah intern organisasi yang rutin telah terselesaikan. Sementara di sisi lain, persoalan ekstern muncul menghadang dengan segudang problema.

Billahittaufiq wal hidayah,

Wassalamualaikum war. wab. 







HMI CABANG PALOPO