Rabu, 07 November 2012

Peranan HMI Dalam Membentuk Karakter Kader HMI

HMI : YAKIN USAHA SAMPAI
Sejak berdirinya HMI 1947 sampai tahun 1958, pelaksanaan perkaderan di HMI seperti sekarang belum dijamah, mengapa demikian? Alasan sederhana, karena HMI pada usia 11 tahun anggota HMI belum banyak. Akan tetapi memasuki tahun 1959 Ismail Hassan Metareum (almarhum) sebagai ketua PB HMI 1957-1960, menyadari bahwa di masa mendatang akan bertambah banyak, juga HMI harus mempunyai anggota terdidik, sehinga merupakan SDM yang handal. Pembicaraan awal tentang pekaderan di HMI dimulai pada Konfrensi Taruan Giri Puncak tanggal 20 s/d 24 Juli 1959 yang dipimpin Ismail Hassan Matareum sebagai ketua dan Murtadha Makmur sebagai sekretaris. Konfrensi Taruna Giri melaporkan konsep pendidikan kader HMI yang waktu itu disebut pendidikan dasar. Berdasakan data yang dapat dihimpun, menghasilkan fakta bahwa konsep pendidikan dasar hasil konfrensi taruna giri itulah yang dikembangkan sehinga terbentuk pola dan sistem perkaderan HMI sepeti sekarang. Dari medan latihan ALOKA di india, diperoleh masukan-masukan untuk mengembangkan pendidikan dasar di HMI Konsultasi yang dilaksanakan oleh PB HMI di gedung Leutik, Bogor bulan Oktober 1961 diadakan poenyempurnaan konsep training HMI Bersamaan dengan perumusan kepribadian HMI pada musyawara nasional HMI di pekajengan-pekalongan tanggal 23-28 desember 1962 dirumuskan pula metode training HMI, Acuan ini memuat tentang pengertian kader, tujuan pendidikan/latihan, sistem/metode training, klarifikasi kader, waktu dan penyelengara training, tingkatan-tingkatan training yaitu : Basic Training, Itermediate Traning, dan Advanced Training. Training itu disertai dengan kurikulum masing-masing berjenjang.2

Perkaderan HMI berkembang terus yang ditandai diselengarakannya berbagai kegiatan seperti seminar nasional dengan metode training di kaliurang tahun 1963. Tahun 1967 di pekalongan diselengarakan seminar nasional perkaderan. Juga di pekalongan berlangsung tahu 1970 berlangsung Senior Couse nasional. Seminar kader nasional diadakan dijakarta tahun 1973. Lokakarya perkaderan digelar dikaliurang tahun 1975, tahun 1981 di Jatiwaringin diadakan seminar perkaderan HMI, disusul dengan lokakarya perkaderan HMI disurabaya tahun 1983, dimatraman tahun 1986. Kembali kesurabaya tahu 1988 diselengarahkan sarasehan dan lokakarya (Saloka) perkaderan. Lokakarya perkaderan dijakarta tahun 1997. Perkembangan perkaderan HMI menjadi wacana sejak konres ke – 8 tahun 1966 sampai kongres ke-21 tahun 1997. Kegiatan-kegiatan ini menunjukan bahwa perkembangan, penyempurnaan perkaderan di HMI terus belanjut. Strategi ini diperlukan karena perubahan situasi, ruang, waktu serta tantangan yang terus berubah dengan cepat sesuai dengan tuntunan zaman.3

Untuk memahami dan melaksanakan perkaderan di HMI, telah dirumuskan berbagai aspek sebagai pedoman melaksanakan perkaderan di HMI yaitu :1) pengertian kader, 2) arah perkaderan, 3) training, 4) jenjang training, 5) kurikulum training, 6) Instruktur training, 7) metode training, 8) organisasi training, 9) LPL, 10) evaluasi perkaderan, 11) follow uptraining, 12) wujud profil kader yang diinginkan. Tiga aspek dari 12 tersebut, disini akan diuraikan secara singkat sebagai brikut:

Petama, pengertian kader

Terlihat dalam tubuh organisasi, kader memiliki fungsi tersendiri yaitu : sebagai tenaga pengerak organisasi, sebagai calon pimpinan, dan sebagai benteng organisasi. Secara kualitatif, kader mempunyai mutu, kesangupan bekerja dan berkorban lebih besar dari pada anggota biasa. Kader itu adalah inti, kader merupakan benteng dari “serangan” luar serta penyelewengan dari dalam. Kedalam tubuh organisasi, kader merupakan pembina yang tidak berfungsi pimpinan. Kader adalah tenaga pengerak organisasi yang memahami sepenuhnya dasar dan ideologi perjuangan. Ia mampu melaksanakan program perjuangan secara konsekuen di setiap waktu, situasi dan tempat. Terbawa oleh fungsinya itu untuk menjadi kader organisasi yang berkualitas, anggota harus menjalani pendidikan, latihan dan praktikum. Pendidikan kader harus dilaksanakan secara terus menerus dan teratur, rapi dan berencana yang diatur dalam pedoman perkaderan4. Kongres ke-8 HMI tahun 1966 merumuskan pengertian kader adalah tulang pungung organisasi, pelopor, pengerak, pelaksana, penyelamat cita-cita HMI masa kini dan yang akan datang dimanapun berada, tetap berorientasi kapada azas dan syariat islam5.

Defenisi dan pengetian di atas setidaknya terdapat tiga ciri yang terintegrasi dalam diri seorang kader. Pertama, seorang kader bergerak dan berbentuk dalam organisasi. Kader mengenal aturan permainan organisasi dengan ketentuan yang ada, seperti NDP dalam pemahaman integralistik dengan pancasila maupun UUD 1945. Dari segi operasional organisasi, kader selalu berpegang dan mematuhi AD/ART HMI, pedoman perkaderan, dan ketentuan lain. Kedua, seorang kader mempunyai komitmen yang tinggi secara terus menerus, konsisten dalam pemperjuangkan dan melaksanakan kebenaran. Ketiga, seorang kader memiliki bakat dan kualitas sebagai tulang pungung yang mampu menyanga kasatuan kumpulan manusia yang lebih besar. Jadi fokus seoarang kader terletak pada kuwalitas. Kader HMI adalah anggota yang telah menjalani proses perkaderan sehinga memiliki ciri kader yang integritas kepribadian yang utuh, beriman, berilmu dan beramal saleh sehinga siap mengemban tugas dan amanah dalam kehidupan beragama, bermasyarakat, berbangsa dan negara.

Kedua, Arah Perkaderan.

Mengingat fungsi HMI sebagai organisasi kader maka seluruh aktivitas harus memberi kesempatan berkembang bagi kualitas-kualitas pribadi anggota-anggota. Sifat kekaderan HMI dipertegas dengan tujuan HMI dalam pasal 5 anggaran dasar HMI, Tujuan HMI ini telah memberi tuntunan kemana perkaderan HMI diarahkan, anggota HMI yang merupakan humanmaterial yang dihadapi HMI untuk dibina dan dikembangkan menjadi kader HMI adalah mereka yang memiliki kualitas-kualitas sebagai: a). Mahasiswa, yaitu mereka yang telah mencapai tingkat pendidikan intelektual tertentu, calon sarjana dan potensi menjadiintelegensia, b). Kader yaitu mereka yang memiliki kesedian untuk berlatih dan mengembangkan kualitas-kualitas pribadinya guna menyongsong tugas masa depan umat dan bangsa indonesia, c). Perjuangan yaitu mereka yang ikhlas, bersedia dan berkorban guna mencapai cita-cita umat islam dan bangsa indonesia pada waktu sekarang dan yang akan datang7.

Inilah yang menjadi landasan, bahan bagaimana pendidikan kader di lingkungan HMI dilaksanakan dan diarahkan. Hakekat tugas pokok HMI adalah tugas perkaderan semua kegiatan HMI hendaknya mengambarkan fungsi kekaderan yang artinya strategis bagi pembinaan kader HMI adalah memberikan wawasan kepemimpinan bagi kader-kader HMI sesuai dengan fungsi dan perannya guna melaksanakan fungsinnya kekaderan HMI maka diuperlukan media sebagai instansi perkaderan yang dapat dikelompokan dalam dua macam yaitu training dan aktivitas.

Berarti kegiatan HMI merupakan pendidikan kader dengan sasaran anggota-anggota HMI dalam hal :
Watak dan kepribadiannya yaitu dengan membei kesadaran beragama, akhlak dan watak itu berarti harus menjelma seorang individu yang beriman, berakhlak luhur, memiliki watak yang autentik serta memiliki pengapdian dalam arti yang paling hakiki.
Kemampuan ilmiyah yaitu degan memnbina seorang hinga memiliki pengetahuan (knowledge) kecerdasan (intelectuality) dan kebijaksanaan (wisdom)
Ketrampilannya yakni kepandaian menterjemahkan ide dan pikiran dalam praktek8.

Dengan terbinanya tiga sasaran tersebut maka terbinalah insan cita HMI yang beriman, berilmu dan beramal. Tujuan HMI telah memberikan gambaran tentang insan cita HMI

Tujuan HMI sebagai tujuan umum yang hendak di capai oleh HMI menjadi garis dan titik sentral seluruh kegiatan dan aktivitas perkaderan HMI Konsentrasi dari tujuan itu maka dengan sendirinya tujuan merupakan ukuran/norma dari semua kegiatan HMI Dengan demikian kegiatan-kegiatan HMI benar-benar relevan dengan tujuan bagi anggota, tujuan organisasi merupakan titik pertemuan persamaan kepentingan yang paling pokok dari seluruh anggota oleh karena itu peranan anggota dalam mencapai tujuan organisasi adalah sangat besar dan menentukan.

Untuk tebinanya insan yang berkualitas lima tersebut sebagai arah perkaderan HMI, maka kegiatan HMI dapat di kelompokan dalam dua macam kegiatan yaitu : a) kegiatan kampus perguruan tinggi, b). Kegiatan non kampus perguruan tinggi. Peranan HMI untuk selalu berpartisipasi dan selalu membina dan menjadikan suatu perguruan tinggi yang benar-benar mampu menciptakan manusia akademis yang qualified terletak dalam aspek ini. Aktivitas perguruan tinggi diusahakan untuk mampu menopang tercapainya tujuan HMI oleh karena itu penguasa kampus dalam arti positif dan konstruktif adalah termasuk perjuangan HMI Berarti antara HMI dan perguruan tinggi adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan secara idealadalah sebagimana usaha HMI agar perguruan tinggi menjadi “sekolah HMI”, dalam arti mampu mncetak insan yang dicita-citakan HMI Selama perguruan tinggi yang ideal yang dimaksudkan belum tercapai maka kegiatan training “sekolah HMI” adalah tugas/ kegiatan yang paling pokok untuk mencapai tujuan HMI seperti tersebut dan dirumuskan dalam pasal 6 anggaran dasar tentang usaha. Dalam bentuk operasioanal usaha-usaha tersebut lebih lanjut dijabarkan dalam program kerja nasional (PKN)9.

Ketiga, Wujud Profil yang diinginkan

Bertolak dari landasan-landasan, arah dan tujuan perkaderan HMI maka akhir kegiatan perkaderan diarahkan dalam rangka membentuk profil kader yang ideal yaitu muslimIntelektual profesional. Tiga aspek yang ditentuka dalam usaha pelaksanaan kaderisasi yaitu pembentukan integritas watak dan kepribadian, pengembangan kualitas intelektualitas atau kemampuan ilmiyah pengembangan kemampuan profesional atau ketrampilan, harus terintegrasi secarah utuh 10. Secara spesik wujud profil kader HMI adalah seperti tergambar dalam tujuan HMI yaitu 5 kualitas insan cita. Lima kualitas insan cita tersebut seperti diterangkan dalam tafsir tujuan HMI Kelima kualitas insan cita itu semua mengandung 17 butiran indikator, sebagai wujud profil seorang kader HMI sebagai mana yang dicita-citakan11. lima kualitas insan cita HMI sebagai kelompok intelegensia atau intelektual kader HMI dapat digambarkan dengan a). tipe konseptor, b). tipe solidaraty maker, c). tipeproblem solving, d). tipe administrator atau pelaksana, dan e). tipe negarawanan. Klasifikasi ini dimaksudkan untuk menunjukan tipe-tipe kader yang dibutuhkan pada masa kini dan masa mendatang. Hal ini sebagai petujuk pada penentuan arah dan sistem perkaderan HMI untuk itu harus diperhatikan potensi-potensi pribadi anggota untuk mendapatkan penyaluran bimbingan, peningkatan dan pengembangan yang efektif11.

HMI sebagai organisasi kader dan sifat kekaderan HMI dapat dipahami dari status HMI sebagai organisasi mahasiswa yang dipertegas dalam tujuan HMI terikat fungsi HMI sebagai organisasi kader dan dengan rumusan tujuan HMI, HMI bukanlah organisasi massa tapi sebaliknya HMI adalah lembaga pendidikan. Anggota HMI selain mendapatkan ilmu diperguruan tinggi sebagai “almamater pertama” anggota HMI juga mendapatkan ilmu di lembaga pendidikan hmi sebagai “almamater kedua”. Ilmu-ilmu yang diperoleh di HMI seperti keorganisasian, ke-HMI-an, strategi taktik, tidak dipelajari diporguruyan tinggi. Dua ciri yang membedakan latihan kader HMI dengan organisasi lain. Dua ciri yang dimaksud adalah ditinjauh dari materi latihan kader HMI yaitu Nilai-Nilai Dasar Perjuangan (NDP) dan sejarah HMI Kedua meteri ini sangat khas dan memberikan warna tersendiri di HMI kata Berlina Kartakusumah tatkalah diwawancarai di bandung13. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Sakib Mahmud salah seorang perumus NDP tahun 1969 yang hinga kini masih aktif memberi materi pada training-training HMI14. Perkaderan HMI ditempatkan sebagai unggulan cendikiawan muslim diindonesia. Ditunjukan baik orang dalam maupun luar HMI bahwa kader-kader HMI telah menyebar ke berbagai lapisan kehidupan masyarakat yang majmuk. Dinilai hal ini terjadi karena Output HMI berupa alumni relatif jumlahnya. Alumni HMI tergabung dalam keluarga alumni HMI (KAHMI). Antara HMI dan KAHMI tidak ada hubungan organisatoris, hubungan aspiratiflah yang mentautkan kedua organisasi ini. Apabilah di amati jumlah alumni HMI yang menyebar ke berbagai lapisan kehidupan masyarakat, barang kali salah satu toko ukuran keberhasilan perkaderan HMI akan tetapi teori ini masih perlu di kaji lebih lanjut.

Selain hal-hal yang bersifat keorganisasian dan teknis operasional perkaderan HMI pun telah merumuskan hal-hal yang sifatnya filosofis dan ideologis untuk menciptakan dan memperkuat terbentuknya profil HMI sehinga setiap kader HMI memiliki kualitas tertentu serta memiliki kelebihan dari orhganisasi lain, sebagai garansi obyektif untuk mampu manjalankan missi perjuangannya ditengah-tengah dinamika kehidupan bangsa. Hal ini yang bersifat filosofis dan ideologis.


Tertanda 


Isnul
(eks. Sekum HMI Cab. Palopo)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih